BUDDHA suatu saat menyatakan akan tiba tiba suatu terjadi kekeringan di bumi karena tidak turun hujan. Pada akhir dari suatu jangka waktu yang lama, muncul matahari kedua, matahari ketiga dan seterusnya hingga ketujuh.
Bumi dan Sineru terbakar bagai bola api berpijar, hancur lebur tidak bersisa. Namun kiamat di bumi tidak mengakhiri perjalanan hidup para makhluk atau manusia (A. IV, 100–104).
CAKKAVATTI-SIHANADA-SUTTA
menguraikan bagaimana usia rata-rata atau lamanya harapan hidup manusia dipengaruhi oleh perbuatan manusia sendiri. Karena apa yang diperlukan tidak dibagikan kepada orang-orang miskin, kemelaratan meluas, pencurian meningkat, kekerasan dan berbagai bentuk kejahatan berkembang cepat, dengan pembunuhan menjadi biasa, sehingga usia harapan hidup para makhluk itu dari waktu ke waktu berkurang, bahkan suatu saat keturunan manusia itu memiliki usia harapan hidup sepuluh tahun.
Akan muncul masa pedang (satthantarakappa) selama tujuh hari. Selama itu mereka memandang satu sama lain seperti binatang buas, dan saling membunuh. Ketika mereka bertobat dengan cara meninggalkan kejahatan, dan mulai melakukan perbuatan yang baik (mulia), khususnya menghindari pembunuhan, usia harapan hidup pun jadi meningkat.
Orang yang semula harapan hidupnya sepuluh tahun, akan mempunyai anak-anak yang dapat hidup sampai dua puluh tahun. Semakin banyak kebaikan yang mereka lakukan, usia semakin bertambah, sehingga pada suatu ketika anak-anak dari orang yang hidupnya empat puluh ribu tahun akan mencapai usia delapan puluh ribu tahun. (D. III, 68-75)
Leave a Reply