Dalam kosmologi Buddhis kita mengenal istilah Asura dan Dewa. Keduanya adalah makhluk-makhluk yang menempati alamnya masing-masing. Menurut mitologi Buddhis, Asura berwujud raksasa yang tinggal di alam Kāmadhātu. Mereka digambarkan memiliki tiga kepala dan empat atau enam lengan. Meskipun termasuk salah satu dari 4 alam rendah (selain alam binatang, peta, dan neraka), Asura sendiri sebenarnya memiliki kekuatan yang lebih hebat daripada manusia.
PARA ASURA
memiliki kemampuan mental layaknya manusia, tetapi sayangnya mereka dipenuhi oleh ego, kebengisan, dan kecemburuan terhadap makhluk-makhluk lainnya yang dianggap lebih tinggi. Oleh karena watak seperti itulah alam Asura tidak pernah damai dan selalu mencari pertempuran. Dikatakan pula bahwa para Asura memiliki kehidupan yang lebih nikmat daripada manusia. Tetapi karena kecemburuan mereka terhadap para Dewa, mereka selalu merasa tidak puas dan ingin merebut alam surga dari tangan para Dewa. Dikisahkan bahwa dulunya para Asura tinggal di surga Tavatimsa di puncak Sumeru bersama dengan para Dewa lainnya. Suatu ketika, Sakka menjadi Dewa penguasa di alam tersebut.
Para Asura merayakannya dengan meminum banyak sekali anggur Gandapāna, sebuah minuman beralkohol yang sangat kuat hingga Sakka melarang semua Dewa untuk meminumnya. Karena mabuk oleh alkohol, para Asura ini tidak dapat melawan ketika Sakka mengusir mereka dari surga Tavatimsa ke bawah di kaki gunung Sumeru.
Sebuah pohon yang disebut Cittapātali tumbuh di sana. Ketika para Asura melihat pohon itu mekar, mereka menyadari bahwa pohon itu berbeda dari pohon Pāricchattaka yang tumbuh di tempat lama mereka. Sejak itu mereka sadar bahwa mereka telah diusir dari Tavatimsa.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Asura adalah representasi dari sifat buruk seperti kecemburuan dan kebengisan yang perlu kita waspadai dan atasi dengan mawas diri. Akan tetapi, tidak semua Asura itu jahat dan sebaliknya tidak semua Dewa itu baik. Beberapa Asura digambarkan sebagai penjaga kuil-kuil buddhis seperti Nio atau Kongorikishi yang menjaga kuil-kuil buddhis di Asia Timur, maupun dvarapala yang berada di candi-candi Indonesia.
Sumber: Asura dan Dewa: Baik atau Jahat, Buddhazine.com/Sasanasena Hansen
Leave a Reply