Belajar Letting Go Dari Arek Suroboyo

Arek Suroboyo dikenal keras, blak-blakan, dan sering misuh dengan kata-kata seperti”janc*k, namun justru jarang stres. Kota Surabaya yang padat dan penuh tekanan, tetap dihuni oleh masyarakat yang santai, gigih, dan jarang burnout. Rahasianya? Mereka menerapkan prinsip Letting Go.”

Kota besar, Surabaya memang sering dibandingkan dengan Jakarta. Namun, arek Suroboyo tetap “slow,” nggak terlalu individualis, dan punya rasa empati tinggi. Daya juang mereka juga luar biasa; mereka gigih, pekerja keras, tapi jarang burnout seperti di kota besar lainnya. Bahkan, di perantauan, mereka dikenal sebagai “inisiator ekonomi” yang membuka bisnis di pelosok dan memajukan daerah.

Ternyata, tanpa disadari, arek Suroboyo mempraktikkan prinsip “Letting Go.” Kalau lagi kesal, mereka ungkapkan emosinya lewat kata-kata, ngomong dengan tekanan dan “power” biar lega, lalu selesai. Setelah itu, mereka tenang lagi, kembali fokus pada momen saat ini, seakan nggak ada yang perlu diresahkan. Selain itu, arek Suroboyo cenderung terbuka dan nggak suka “slintat-slintut” di belakang. Kalau ada masalah, mereka upayakan untuk bicara langsung face to face ‘dan cari solusi.

sikap blak- blakan yang khas juga menunjukkan pentingnya kejujuran dan keterbukaan, yang juga dihargai dalam Buddhisme. Dengan menyelesaikan masalah secara langsung dan tidak memendam konflik, mereka bisa menjaga hubungan sosial yang lebih damai. Sikap to the point dan tanpa basa-basi in memungkinkan mereka untuk hidup dengan lebih ringan, tapa terbebani oleh konflik tersembunyi.

Prinsip hidup “Letting Go” yang diterapkan arek Suroboyo ini membuat mereka lebih sehat secara mental, kuat menghadapi tekanan, dan terbebas dari emosi negatif yang hanya akan menghambat mereka. Nilai-nilai Buddhis ini member mereka kekuatan untuk menjalani hidup yang lebih damai dan produktif, tapa terbebani oleh perasaan yang mengganggu.