G30S Gerakan 30 September, juga dikenal sebagai Gerakan 30 September 1965 atau Gestapu, adalah sebuah peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi pada tahun 1965. Peristiwa ini melibatkan kudeta militer yang berujung pada penggulingan Presiden Sukarno dan berdampak besar pada sejumlah aspek kehidupan di Indonesia, termasuk agama Buddha.
Represi G30S dipicu oleh kekhawatiran tentang pengaruh komunisme di Indonesia. Setelah penggulingan Sukarno, pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto menindak tegas komunis dan simpatisannya. Sejumlah besar orang yang dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) atau terlibat dalam aktivitas komunis ditangkap, dipenjara, atau bahkan dieksekusi. Ini berdampak pada berbagai kelompok, termasuk komunitas Buddha.
DISKRIMINASI DAN PERSEKUSI
Seiring dengan represi terhadap komunisme, banyak anggota masyarakat yang dituduh memiliki hubungan dengan PKI, termasuk beberapa anggota komunitas Buddha, menjadi sasaran diskriminasi dan persekusi. Mereka menghadapi tekanan untuk menolak atau menarik dukungan terhadap PKI.
TAK ADA KEBEBASAN BERAGAMA
Selama masa pemerintahan Orde Baru, ada kendala terhadap kebebasan beragama di Indonesia. Pemerintah mengawasi dan mengendalikan aktivitas keagamaan, termasuk agama Buddha. Pada saat itu, praktik keagamaan dan kegiatan keagamaan umumnya harus disetujui oleh pemerintah, yang bisa membatasi perkembangan agama Buddha dan kelompok agama lainnya.
PARIWISATA BUDAYA
Meskipun ada kendala pada kebebasan beragama, pemerintah Indonesia, termasuk pada masa pemerintahan Suharto, mempromosikan budaya dan warisan budaya Indonesia, termasuk situs-situs bersejarah yang terkait dengan agama Buddha seperti Candi Borobudur. Pariwisata budaya ini dapat membantu memperkenalkan agama Buddha kepada wisatawan lokal dan internasional, meskipun lebih dalam konteks budaya dan sejarah daripada praktik keagamaan sehari-hari.
Perkembangan agama Buddha di Indonesia dipengaruhi oleh sejumlah faktor sepanjang sejarah, termasuk perubahan politik dan sosial. Meskipun G30S dan masa pemerintahan Orde Baru menghadirkan tantangan bagi komunitas Buddha dan agama-agama lainnya, agama Buddha tetap bertahan dan berkembang di Indonesia, khususnya di daerah-daerah seperti Jawa dan Bali.
Penting untuk diingat bahwa situasi politik dan sosial di Indonesia telah mengalami perubahan sejak saat itu, dan agama Buddha, seperti agama-agama lainnya, terus berkembang dalam kerangka kebebasan beragama yang lebih besar di Indonesia. Masa kelam dalam beragama ini menemui titik balik sejak Gus Dur menjadi Presiden yang mana negara menjamin kebebasan beragama sesuai asas Pancasila.
Leave a Reply