Buddha mendorong pengikut-Nya yang bersungguh-sungguh untuk membatasi perilaku seksual mereka atau untuk selibat (brahmacariya).
Biksu dan biksuni tentu saja diharuskan selibat.
Bagaimanapun, pengalaman menunjukkan bahwa berikrar untuk selibat ketika belum siap, tidak akan menghasilkan apa-apa alih-alih berguna.
Bergumul dan menyangkal hasrat seksual secara terus-menerus dapat menyebabkan masalah yang lebih besar daripada terselesaikan dan pada kenyataannya bahkan dapat berbahaya secara psikologis.
Buddha secara umum memiliki anggapan yang kurang atas seks. Beliau menyingkirkannya sebagai ‘sesuatu yang kurang berbobot’ (gāma dhamma, D.1,4), yakni biasa saja, sederhana, dan duniawi.
Leave a Reply