JawaPos.com – Pembukaan Vesak Festival 2017 menandai datangnya Trisuci Waisak 2017. Festival tersebut diselenggarakan Young Buddhist Association (YBA) untuk kali ketiga. Salah satu yang unik adalah patung Buddha setinggi 7 meter yang dipajang di Atrium Mal Tunjungan Plaza.
Pengunjung pada Rabu (10/5) itu silih berganti berfoto di depan diorama Buddha. Selain berfoto, pengunjung mendapatkan informasi singkat tentang tiga peristiwa penting Waisak melalui beberapa papan informasi yang dipajang. Mengangkat tema Unconditional Love, para umat diajak mendekatkan diri kepada ajaran-ajaran Buddha yang indah. ’’Berbeda dengan tahun lalu, yakni serbakardus, kali ini kami membuat konsep serbarotan,’’ tutur Ketua Pelaksana Vesak Festival 2017 Limanyono Tanto.
Ada tiga peristiwa penting Waisak yang disimbolkan patung anyaman rotan. Tiga peristiwa tersebut adalah kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama pada 623 SM, tercapainya penerangan sempurna di bawah pohon Bodhi, dan Parinirwana Buddha Gautama di Kusinara.
Lahirnya Buddha diperingati dengan tradisi menyiramkan air ke bayi Pangeran Siddhartha Gautama. Menyiram air merupakan simbol bagi seseorang untuk senantiasa berusaha mengikis hal buruk dalam diri. Terdapat kolam kecil yang berisi bayi Siddhartha Gautama yang berdiri di atas teratai. Di samping kolam tersedia gentong kuningan yang berisi air dan mawar. Pengunjung bisa memandikan patung bayi Pangeran Siddhartha Gautama dengan air tersebut.
Di belakang patung bayi Pangeran Siddhartha Gautama, terdapat stupa Borobudur setinggi 3,3 meter yang terbuat dari anyaman rotan sintetis. Stupa itu dibuat menggunakan anyaman sepanjang 1.229.396 sentimeter dan membutuhkan 10 tenaga penganyam. Pengerjaannya memakan waktu 45 hari. Stupa itu dibangun PT Terra Jaya yang merupakan perusahaan mebel.Stupa tersebut juga pernah mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai replika stupa dengan teknik anyam terbesar. Di dalamnya terdapat hologram yang memancarkan tiga peristiwa Waisak.
Visualisasi peristiwa kedua dituangkan dalam pembuatan patung Buddha dari rotan. Patung rotan berwarna keemasan. Ada pula sinar lampu kuning yang dipasang di bagian kepala. Diorama Buddha yang tengah bertapa itu dibuat CV Bintang Selatan. Patung digarap selama dua bulan dan melibatkan lebih dari 15 perajin. Untuk menopang patung itu, terdapat rangka besi sebelum anyaman rotan. Patung tersebut memiliki dimensi 6x4x7 meter.
Pada tahap itu, Pangeran Siddharta dikisahkan tidak pernah keluar dari istana. Pada usia 29 tahun dia pergi menuju hutan untuk bertapa. Setelah itu, Pangeran Siddhartha mencapai ke-Buddha-an pada usia 35 tahun. Ketika itu dia bermeditasi di bawah pohon Bodhi (Ficus religiosa) di Bodhgaya, India.
Peristiwa ketiga adalah Parinirvana of Buddha atau Buddha yang mencapai kondisi tanpa kelahiran dan kematian. Ungkapan tersebut ditujukan untuk kondisi badan Buddha di usia 80 tahun. Selama 45 tahun Buddha mengembara ke berbagai tempat, termasuk mengunjungi orang tuanya. Hal itu dilakukan untuk kepentingan dan kebahagiaan seluruh makhluk.
Peristiwa tersebut diwujudkan dalam bentuk Buddha yang sedang tidur menghadap ke kanan. Tangan kanannya ditekuk untuk menyangga kepalanya. Patung tersebut juga dibuat dengan menggunakan bahan dasar rotan. Tetapi tidak sebesar patung Buddha mencapai kesempurnaan. Patung Parinirvana of Buddhamemiliki tinggi sekitar 1 meter dan panjang 6 meter.
Selain tiga peristiwa penting Waisak, terdapat pohon harapan. Di sana para pengunjung bisa menulis dan menggantungkan harapannya di secarik kertas. Selain itu, pengunjung bisa bebas mengambil pembatas buku yang tertulis bermacam kata mutiara dari Buddha. (esa/c15/git)
JawaPos.com
Leave a Reply