JAIN adalah agama yang didirikan oleh bijaksana Parshva sekitar abad ke-7 SM. Sekitar 20 tahun sebelum pencerahan Buddha, seorang bijaksana lain mengklaim telah mencapai pencerahan dan menyegarkan ajaran Parshva serta mereformasi disiplin monastik Jain.
Meskipun Buddha sering berdiskusi atau berdebat dengan murid-murid Mahāvīra, keduanya tidak pernah bertemu secara langsung. Jain dan Buddhis berbeda dalam beberapa hal, dan Tipitaka mencela para penganut Jain sebagai argumentatif’ (Sn.381), kedua agama memiliki banyak kesamaan.
Buddha mengadopsi beberapa ajaran dari Jain yang lembut dan asketis hingga tahap tertentu, seperti praktik retret tiga bulan bagi para Sangha, agar mengurangi menginjak rumput-rumput yang sedang bertumbuh. Buddha juga kritis terhadap beberapa doktrin Jain, terutama praktik penyiksaan diri yang dilakukan oleh kaum Jain yang bertapa, termasuk praktik telanjang.
Walau terdapat perbedaan pendapat tentang pertanyaan filosofis ini dan lainnya, Jain seperti Buddhis, selalu menjadi agama yang toleran yang populer, yaitu Naladiya, menyatakan: ‘Sapi-sapi memiliki bentuk dan warna yang berbeda, tetapi susu yang mereka hasilkan selalu berwarna putih. Aliran-aliran keagamaan banyak dan beragam, tetapi mereka semua mengajarkan kehidupan yang penuh kebajikan.’
Selama beberapa abad, kedua agama bersaing satu sama lain untuk mencapai dominasi, tetapi akhirnya Buddhis menjadi agama yang dominan dan Jain tetap menjadi agama minoritas.
Saat ini, terdapat sekitar tiga juta orang Jain di India, terutama di negara bagian barat Gujarat. Juga terdapat komunitas-komunitas Jain yang kecil berkembang di Inggris.
Sumber: The Jains, Paul Dundas, 2002.
Leave a Reply