SURABAYA, iNews.id – Young Buddhist Association bersama studiagama menggelar kajian lintas agama bertema “Kemanusiaan Penuh Perempuan” perspektif agama Islam dan Buddha. Kegiatan ini digelar dalam rangka perayaan Imlek. Kajian lewat live Instagram itu menghadirkan dua narasumber dua tokoh agama, yaitu Ketua Atthasilani Theravada Indonesia (Astinda) Attasilani Gunanandini, dan Pengurus Majelis Musyawarah KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia), Nur Rofiah.
Acara ini dipandu Acara itu dipandu langsung Founder studiagama Tri Indah Annisa dan dikuti sekitar 700 pengguna Instagram. BACA JUGA: Pria di Sampang Sayat Wajah dan Leher Mantan Istri dengan Cutter hingga Luka Parah Tokoh agama Buddha, Attasilani Gunanandini menjelaskan, perempuan pada masa kehidupan Buddha, dipengaruhi oleh peradaban sebelumnya.
Saat itu, perempuan dianggap sebagai nomor dua, bukan primer. Namun, sebenarnya saat itu cara pandang Buddhis berbeda dengan konstruksi sosial masyarakat masa itu. Karena Buddhis sendiri atau cara pandang agama Buddha melihat bahwa perempuan itu merupakan sepenuhnya manusia. BACA JUGA: Gadis Cantik di Jember Berusaha Bunuh Diri dengan Terjun dari Jembatan 10 Meter .
“Nah, manusia dalam konteks agama Buddha berasal dari manu dan usa. Manu itu yang punya pikiran, dan usa itu adalah yang kualitasnya bisa meningkatkan levelnya. Jadi, bisa dikembangkan dalam level yang tanpa batas, baik perempuan maupun laki-laki,”
kata Attasilani. Menurutnya, memang ada perbedaan secara bilogis antara perempuan dan laki-laki. Namun, peran dan kedudukannya tidak berbeda dan hal itu dibuktikan pada masa kehidupan Buddha sendiri.
Leave a Reply