Pabbajja Samanera merupakan kegiatan untuk melatih mempraktikkan kehidupan meninggalkan keduniawian. “Syarat untuk mengikuti Pabbajja Samanera adalah seorang anak laki-laki yang sudah memiliki usia yang dikatakan cukup.
Di zaman dahulu, anak laki-laki yang sudah bisa melempar burung gagak dengan batu dianggap sudah cukup kuat fisiknya, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan penahbisan sebagai Samanera,” jelas Bhante Jayasilo.
Menurut Bhante Jayasilo, Pabbajja dalam literatur Pali mengacu pada tindakan meninggalkan kehidupan berumah menuju kehidupan tapa rumah. Peserta Pabbaija untuk pria wajib mencukur habis rambut, alis, kumis, dan jenggot, serta melepaskan pakaian umat awam dan menggantinya dengan jubah. Hal in dimaksudkan sebagai pelepasan keduniawian, mengikuti langkah Guru Agung Buddha.
Sedangkan untuk peserta wanita, diperkenankan mencukur habis rambut atau tidak, tetapi sangat disarankan untuk mencukur habis rambutnya. Sebagai seorang wanita, melepas rambut yang dianggap sebagai mahkota adalah hal yang tidak mudah. Hal ini juga dimaksudkan untuk melepaskan keduniawian. Peserta wanita selanjutnya mengenakan jubah berwarna putih.
DALAM MENGIKUTI PABBAJJA
semua peserta menjalani jadwal yang ketat mulai dari bangun jam empat pagi untuk meditasi, puja bakti pagi, menerima derma makanan, hingga puja bakti malam. Para Samanera dan Atthasilani disokong oleh umat dan makan hanya dua kali sehari, pagi jam 7.00 dan sing jam 11.00, serta hanya minum setelah tengah hari untuk menjaga kesehatan dan mempermudah kehidupan mereka.
PENDIDIKAN
yang diberikan mencakup sikap baik, etika sosial, disiplin, dan kemandirian. Mater yang diajarkan mencakup meditasi, Samanera-sikkha, pokok dasar agama Buddha, dan riwayat hidup Guru Agung Buddha. Para peserta yang telah menyelesaikan program dapat melanjutkan sebagai Samanera dan Atthasilani tetap, dan seorang Samanera yang memenuhi syarat dapat ditahbiskan menjadi Bhikkhu.
Leave a Reply