Saya berpikir kebahagiaan datang dari memiliki sesuatu yang bisa ditunjukkan dari penderitaan saya. Saat merenungkan keadaan saya, saya bertanya-tanya apakah orang-orang sangat tidak bahagia karena mereka fokus menghindari penderitaan. Apakah mereka akan lebih bahagia jika mereka mencari penderitaan yang memberikan rasa pencapaian?
Sekitar 2.600 tahun yang lalu, Buddha membagikan Kebenaran Mulia Pertama: “Hidup adalah penderitaan. Ketika pertama kali mendengar kata-kata itu, saya pikir dia sedang memperingatkan kita; mengingatkan kita bahwa hidup penuh dengan kesuraman yang tidak menyenangkan. Menjadi manusia mengharuskan kita merasakan sakit, kesedihan, patah hati, kelelahan, dan banyak emosi lainnya dalam kehidupan sehari-hari kita.
PENDERITAAN SELALU BURUK?
Ketika kita menderita demi suatu tugas atau filosofi yang lebih besar dari diri kita sendiri, penderitaan menjadi lebih mudah ditanggung dan seringkali ada kebahagiaan ketika kita mencapai tujuan kita. Ketika kita menderita demi suatu tugs atau filosofi yang lebih bear dari diri kita sendiri, penderitaan menjadi lebih mudah ditanggung dan seringkali da kebahagiaan ketika kita mencapai tujuan kita.
Jika individu-individu ini berusaha menghindari penderitaan yang diperlukan untuk menyelesaikan tujuan mereka, hidup mereka akan lebih nyaman. Tapi hidup mereka juga akan kosong dari pencapaian dan kebahagiaan yang datang dari melakukan sesuatu yang sulit.
SUTRA-SUTRA
menceritakan bahwa Buddha mempraktikkan Dharma selama banyak kehidupan sebelum kelahiran terakhirnya sebagai manusia. Bahkan saat itu, ia menghadapi kesulitan besar. meninggalkan istana meski ayahnya bersedih, teman-temannya berbalik melawan, dan hampir mati kelaparan. Namun, setelah mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi, Buddha merasakan kebahagiaan luar biasa. Jika Buddha memilih kenyamanan daripada pencapaian, dunia akan menjadi tempat yang lebih gelap dan sedih.
Ini bukan hanya berlaku dalam praktik spiritual; tugas apa pun bisa menjadi sumber penderitaan dan kebahagiaan. Kita hanya perlu memilih penderitaan dengan bijaksana dan fokus pada tujuan akhir. Satu teknik yang berguna adalah membagi tugas menjadi tujuan kecil dan mengungkapkan rasa syukur setiap kali tujuan tercapai. Misalnya, berhenti sejenak sat mencuci piring untuk bersyukur atas makanan yang akan dinikmati, atau memikirkan sayuran yang akan tumbuh sat menyiangi kebun.
Kita mengubah fokus dari menghindari penderitaan menjadi memahami sifat sejati penderitaan, yang dapat membawa kebahagiaan dan kegembiraan. Pilihlah penderitaan dengan bijaksana dan fokus pada hasil akhirnva. Namu Amida Butsu.
Sumber:
| Wise Suffering | Sense Alex Kakuyo
Leave a Reply