Peramal India Sebut Kiamat 29 Juni 2024 Eittt Tapi Boong! Gini Pandangan Kiamat Buddhis

July 5, 2024

Peramal India Sebut Kiamat 29 Juni 2024 Eittt Tapi Boong! Gini Pandangan Kiamat Buddhis

Bagi umat Buddha, menghadapi hari kiamat tidak perlu dengan kapal besar, melainkan cukup dengan menyiapkan karma baik melalui perbuatan, ucapan, dan pikiran yang bajik agar akhir zaman tidak menjadi sesuatu yang menakutkan, papar Bhikhhu Uttamo.

 

Dalam perspektif agama Buddha, kiamat besar tidak akan terjadi, karena akhir zaman hanya akan berlangsung ketika matahari telah berjumlah tujuh. Kapan kiamat besar akan terjadi masih merupakan mister. Pertambahan jumlah matahari pun tidak akan serentak melainkan melalui tahap-tahap yang rentang waktunya sangat panjang.

 

Kiamat kecil terjadi setiap waktu berupa perpisahan dari suatu pertemuan, sedangkan kiamat menengah adalah peristiwa kematian sebagai konsekuensi dari kelahiran. Semua manusia akan mati, tetapi kiamat pada level menengah itu tidak seharusnya menakutkan bila yang bersangkutan menjalani pola hidup yang baik dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran. Menyiapkan kiamat kecil pun seharusnya demikian, sehingga suatu perpisahan meninggalkan kesan baik, terang Bhikkhu Uttamo.

 

DALAM AJARAN BUDDHA kehidupan makhluk hidup pada masa lalu, sekarang, dan mendatang dipengaruhi oleh karma. Kehidupan tidak hanya ada di Planet Bumi atau Galaksi Bima Sakti. Untuk kehidupan di manapun kelak, orang yang hidup sekarang hendaknya senantiasa berdod agar semua makhluk bahagia sehingga dalam diri pendoa melekat perbuatan, ucapan, dan pikiran dengan karma yang baik.

 

SALAH SATU ajaran dasar agama Buddha adalah mengenai ketidakkekalan/ketidaktetapan (anicca). “Sabbe sankhara anicca ti. yada pannaya passati, atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiya.” – Segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan unsur adalah tidak kekal adanya. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini; maka ia akan merasa emu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian. (Dhammapada 277).

 

KEHANCURAN BUMI INI bukan berarti akhir dari segalanya, bukan akhir dari alam semesta dan bukan akhir dari kehidupan di alam semesta seperti dalam pengertian kiamat dalam kepercayaan lain. Kehancuran bum ini hanyalah merupakan salah satu mata rantai dari siklus keberadaan bumi.

 

BERDASARKAN kepustakaan Buddhis yaitu Aggañña Sutta (Digha Nikaya 27) yang terdapat di dalam Kanon Tipitaka Pali, dibabarkan oleh sang Buddha bagaimana bumi ini terbentuk yang di dahului oleh musnahnya bumi lain yang ada sebelum bumi ini. Tidak ditetapkan secara pasti tanggal ataupun hari dari berlangsungnya kehancuran bumi. Kepustakaan Buddhis, hanya menyampaikan bahwa kehancuran bumi akan terjadi di waktu mendatang yang sangat lama dengan menggunakan ukuran waktu yang disebut dengan Kappa/Kalpa yang berarti waktu yang sangat panjang sekali.

 

Daripada memikirkan kehancuran bum yang tidak diketahui secara pasti kapan terjadi, akan lebih bermanfaat untuk kita agar tetap memelihara bumi in dengan tidak merusak alam sehingga terhindar dari kondisi-kondisi yang merugikan kehidupan di dalamnya, termasuk kehidupan manusia.

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE