Praktik Paling Bener Ya Aliran Ini. Lainnya Salah, Sssst Heh! Siapa Itu Yang Ngomong?

Setiap makhluk memiliki potensi spiritual yang berbeda, sehingga jalur awal praktik pun beragam. Mereka yang cenderung tamak bisa masuk melalui cinta kasih dan welas asin, yang penuh kebencian melalui kebijaksanaan, sedangkan yang berpikiran sederhana melalui keyakinan serta tekad.

Seiring waktu praktisi tidak boleh terpaku pada satu pendekatan. Dalam Dua Wahana, ada yang lebih menitikberatkan keyakinan, sementara yang lain lebih mengedepankan kebijaksanaan, tetapi keseimbangan tetap diperlukan.

Sutra Parinirwana dan Sutra Pitaka menegaskan bahwa keyakinan tanpa kebijaksanaan menjadikan seseorang bodoh, sedangkan kebijaksanaan tanpa keyakinan bisa menyesatkan. Jika hanya mengandalkan keyakinan tanpa pemahaman mendalam, Dharma bisa disalahartikan sebagai takhayul belaka, sebuah kondisi yang masih sering terjadi di kalangan umat Buddha Tiongkok saat ini.

Kebijaksanaan tanpa keyakinan lebih berbahaya daripada kepercayaan takhayul. Nagarjuna menegaskan bahwa memahami “kesunyataan” tanpa dasar keyakinan dan sila akan melahirkan pandangan keliru yang menafikan hukum sebab-akibat. Oleh karena itu, keyakinan dan kebijaksanaan harus berkembang bersamaan.

Kebijaksanaan tanpa welas asih dapat menjerumuskan seseorang dalam keegoisan, sedangkan welas asih tanpa kebijaksanaan bisa menjadikannya “Bodhisattwa yang Kalah. jika seseorang telah mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan, tanpa tekad dan pahala yang cukup, ia bisa terjebak dalam pencapaian pribadi dan gagal mencapai pencerahan sempurna.

Setiap orang memiliki jalur awal yang berbeda dalam ajaran Buddha, tetapi untuk mencapai kemajuan sejati dalam praktik Bodhisattwa, keseimbangan antara cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan mutlak diperlukan. Ketiga aspek ini saling melengkapi dan membimbing praktisi menuju tingkat pemahaman yang lebih tinggi. 

Sumber: “Tiga Pokok Utama dalam Mempraktikkan Ajaran Buddha”, Master Yin Shun, Penerbit Dian Dharma