SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

October 17, 2023

SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Samyutta Nikaya I: 76 

Buddha bersabda: 

“Bila kita mengarungi dunia dengan pikiran, maka kita menemukan bahwa diri sendirilah yang paling kita cintai. Karena tidak ada lain yang dicintai oleh seseorang selain dirinya sendiri, maka perhatikan dan hormatilah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. 

 

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, bangsa Indonesia mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Pengembangan Brahmavihara oleh umat Buddha Indonesia didasarkan atas keyakinan dan pengakuan bahwa manusia itu sama derajat dan martabatnya, sama hak-hak asasi dan kewajiban-kewajibannya, tanpa membeda-bedakan suku,keturunan, warna kulit, jenis kelamin, kedudukan sosial, agama, kepercayaan, dan sebagainya. 

 

Oleh karena itu dikembangkanlah sikap saling menghargai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan “tepa salira”, serta sikap tidak ‘sewenang-wenang’ terhadap orang lain. 

Brahmavihara (Empat Keadaan Batin Luhur)

(1). Metta (cinta kasih), sikap batin yang mengharapkan kesejahteraan dan kebahagiaan semua makhluk, tanpa membeda-bedakan sedikit pun, bagaikan seorang sahabat yang penuh simpati, dengan metta akan dapat diatasi itikad buruk serta kebencian.

(2). Karuna (welas asih) adalah sikap batin yang timbul apabila melihat penderitaan makhluk lain dan berhasrat untuk menghilangkan atau meringankan penderitaan itu. Dengan karuna, kekejaman akan dapat diatasi.

(3). Mudita (simpati) adalah rasa gembira yang penuh simpati, yang timbul apabila melihat keberhasilan orang lain. Dengan mudita akan dapat diatasi rasa iri dan dengki.

(4). Upekkha (keseimbangan batin) adalah sikap batin yang seimbang dalam segala keadaan oleh karena menyadari bahwa setiap makhluk memetik hasil dari perbuatannya sendiri (kamma). Dengan upekkha akan dapat diatasi kegoncangan batin. 

 

Penulis: Herman S, Endro, S.H., Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha Mazhab Theravada di Indonesia, Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia, 

Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama, 1978. 

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE