Tradisi membuang orang tua yang sudah lanjut usia atau disebut dengan ubasate ini diambil dari kisah seorang anak laki-laki dan orang tuanya. Tradisi ini muncul pada zaman Jepang Kuno ketika musim gagal panen dan penduduk kekurangan bahan makanan.
UBASATE
berarti pembuangan. Adapun tempat pembuangannya disebut dengan ubasetuyama atau gunung tempat pembuangan. Tempat pembuangan atau ubasetuyama ternyata tidak hanya di gunung. Hutan Aokigahara yang biasanya digunakan untuk bunuh diri juga menjadi tempat ubasetuyama saat sang anak melakukan tradisi ini kepada orang tuanya.
ALASAN TRADISI UBASUTE
Ubasate dikenal sebagai tradisi yang keji dan setiap anak laki-laki akan sedih jika melakukan tradisi ini kepada orang tuanya. Namun, alasan melakukan tradisi ini semata untuk mengurangi beban sang anak dan juga mengurangi jatah orang yang harus diberikan makan. Selain itu, orang tua yang sudah lanjut usia dan harus dilakukan tradisi ubasute, dimaksudkan untuk mengantarkannya pada kematian.
DHAMMAPADA BAB V AYAT 67
“Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu tidak baik. Orang itu akan menerima akibat perbuatannya dengan ratap tangis dan wajah yang bergelimang air mata.”
DALAM SIGALOVADA SUTTA
diuraikan mengenai 5 macam kewajiban anak kepada orangtuanya, yaitu;
(1). Merawat dan menunjang kehidupan orangtuanya terutama di hari tua mereka.
(2). Membantu menyelesaikan urusan-urusan orang tuanya.
(3). Menjaga nama baik dan kehormatan keluarganya.
(4). Mempertahankan kekayaan keluarga, tidak menghambur-hamburkan harta orang tua dengan sia-sia.
(5). Memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Leave a Reply