Event

Vesak Festival 2019 Surabaya, Ajak Masyarakat Refleksi Diri

May 19, 2019

Vesak Festival 2019 resmi dibuka oleh Bhikku Sukhito, Pembina Umat Buddha Jawa Timur pada Rabu (15/5) di atrium Tunjungan Plaza 6, Surabaya. Festival yang dimotori oleh Young Buddhist Association (YBA) bekerja sama dengan unit kegiatan mahasiswa (UKM) beberapa universitas di Jawa Timur ini berlangsung selama lima hari, yaitu 15 – 19 Mei 2019. 


Ini adalah perhelatan Vesak Festival keempat yang digelar di Surabaya. Sebelumnya, pameran Waisak terbesar se-Jawa Timur ini telah dilaksanakan pada 2013, 2016 dan 2017. Meskipun sempat absen selama satu tahun, panitia merasa optimis penyelenggaraan kali ini akan berhasil mendatangkan pengunjung lebih dari 12 ribu orang, seperti yang dicapai pada tahun 2017.


Yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kini kita didukung oleh tenaga-tenaga baru dari UKM – UKM, jadi kami yakin rasanya bisa mendatangkan 15 ribu pengunjung,” kata Limanyono Tanto, ketua panitia acara ini.


Menurut Liman, menyelenggarakan acara Waisak di mall sangat efektif untuk mengenalkan makna Waisak dan ajaran Buddha yang universal. Selain itu, juga menghindarkan dari vihara yang terkesan eksklusif. “Perayaan Waisak kalau di wihara terkesan eksklusif. Jadi, kita menggunakan mall untuk menyampaikan ajaran Buddha yang universal kepada masyarakat. Semua orang boleh hadir dan berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan kita. Cukup efektif untuk mengenalkan ajaran Buddha pada masyarakat,” katanya.


Untuk mengawali Vesak Festival, diadakan acara pembukaan pada Rabu, 15 Mei 2019 resmi dibuka dengan pemukulan gong oleh Bhikkhu Sukkhito yang juga dihadiri oleh Bhikkhu Jayamedho, Bhikkhu Dhammavicayo, Bhikkhu Tejapunyo, Bhikkhu Khemadharo, rektor berbagai universitas di Surabaya, Direktur Marketing Tunjungan Plaza, Wandani, dan berbagai umat Buddha dari Surabaya dan Sekitarnya.


Dalam pameran ini juga menampilkan diorama utama unik yang terbuat dari anyaman bambu yang dikerjakan oleh seniman asal Bali bernama Made. Diorama utama itu antara lain: Kelahiran Pangeran Siddharta Gotama, Pencerahan Sempurna oleh Pangeran Siddharta Gotama dengan tinggi 5 meter, dan Parinibbana Buddha sepanjang 4,5 meter. Bambu dipilih sebagai bahan yang dianggap dapat mengangkat serta mengenalkan kembali kesenian masyarakat kepada publik.

Tema yang diusung untuk Festival Waisak kali ini adalah Pandangan Benar (samma ditthi). 


“Pandangan benar adalah salah satu unsur dari delapan unsur yang diajarkan oleh Buddha. Untuk melakukan sesuatu itu harus berdasarkan pandangan benar dulu. Dalam praktiknya dengan cara intropeksi dan refleksi diri dalam mengenali tiga akar penderitaan: keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha),” tutur Limanyono Yanto.


Ada tampilan unik lainnya dari pameran ini, yakni berupa Ecobrik berbentuk stupa dan diorama gapura serta pohon pengharapan dari botol plastik yang merupakan hasil kerja sama antara panitia dengan Bank Sampah Induk (BSI) Surabaya.


Pembuatan Ecobrik bertujuan untuk mengurangi sampah dan botol plastik menjadi bata yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Penggunaan berbagai sampah dan botol plastik ini juga disesuaikan dengan tema sosial yang diangkat oleh panitia berkaitan dengan lingkungan. Di dunia, permasalahan lingkungan pun menjadi bahasan yang penting.


Dalam pembuatan Ecobrik dan diorama gapura serta pohon pengharapan, panitia tidak membeli botol plastik dari BSI Surabaya. “Kita menggunakan botol plastik bukan beli, tapi kita datang ke BSI untuk memilah botol, terus dibersihkan, dicuci, dan diolah menjadi diorama-diorama. Waktu pengerjaan hampir dua bulan untuk 3.700 sampah botol plastik,” terang Limanyono Yanto.


Selain itu, pameran ini juga menampilkan Eco Vending Machine yang bertujuan untuk mengajak pengunjung agar berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dengan cara menukar botol plastik bekas minuman mereka dengan souvenir menarik khas Vesak Festival 2019.

sumber : buddhazine.com

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE