RADAR SURABAYA – Kesehatan mental maupun jiwa di Indonesia saat ini semakin menunjukan gejala kedaruratan.
Bahkan hasil studi oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa menyatakan tingkat urgensi isu kesehatan jiwa di Indonesia sangat tinggi dengan 82 persen responden menyatakan sangat penting dan 12 persen menyatakan penting.
Penyebab gejala tersebut salah satunya adalah kehadiran media sosial yang telah menjadi gaya hidup dan memediasi lahirnya rasa ketertinggalan akan capaian yang ditunjukkan orang lain ataupun ketidakmampuan menandingi prestasi orang lain.
Dalam situasi ini, kehadiran Haemin Sunim yang merupakan seorang biksu Buddhisme Zen menciptakan tiga bukunya dengan menawarkan cara pandang yang hangat dan relevan.
Di tengah dunia yang bergerak secara cepat, dia menawarkan cara hidup untuk tetap tenang dan sadar.
Di tengah masyarakat yang menuntut kesempurnaan, dia menawarkan cara menerima diri dengan sederhana.
Juga, ketika yang di hadapi ternyata tak sesuai harapan, dia menyodorkan suatu pijakan agar kita bisa tetap tabah bertahan. “Kita berdamai ketika kita bisa memahami,” tutur Haemin.
Haemin Sunim yang merupakan biksu sekaligus penulis terkenal asal Korea Selatan ini dikenal luas dengan karya spiritualnya yang menginspirasi seperti The Things You Can See Only When You Slow Down dan Love For Imperfect Things.
Haemin juga mengadakan tur bukunya di Dian Auditorium, Lantai 7 Universitas Ciputra, CitraLand CBD, Made, Sambikerep, Surabaya, Sabtu (16/11).
Haemin juga menjelaskan bahwa orang-orang di Seoul sekarang beralih ke gerakan baru, Small but Certain Happiness (SBCH).
“Orang-orang menganggap kebahagiaan adalah sesuatu yang hanya bisa dicapai jauh di masa depan atau setelah kita mencapai tujuan hidup. Sebaliknya, kebahagiaan kecil tapi pasti meminta kita untuk mencari kebahagiaan dan sukacita dalam hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari,” ungkapnya.
Leave a Reply