Event

Ke Surabaya, Biksu Haemin Suim Ajak Anak Muda Bisa Menerima Kondisi Diri Sendiri

November 18, 2024
Untuk pertama kalinya, Haemin Suim, seorang biksu Zen yang berasal dari Korea Selatan sekaligus penulis buku-buku best seller menggelar tur bukunya di Surabaya.
 
Dalam bukunya, Haemin Suim banyak mengajarkan penerimaan kepada diri sendiri sekaligus mengatasi kesehatan mental. Dia membuat perumpamaan diri ibarat botol plastik yang ukurannya bermacam-macam. Misalnya, botol sedang berukuran 600 ml diumpamakan sebagai diri sendiri, lalu ternyata ada juga botol berukuran lebih besar yaitu 1 liter.
 
“Biasanya akan muncul opini-opini seperti ukuranku lebih besar dari kamu, aku lebih baik dari kamu dan sebagainya. Namun, ketika dimunculkan lagi ukuran botol yang lebih kecil berukuran 350 ml, kita akan merasa lebih baik dari dia dan lebih bagus dari dia. Nah, inilah sifat manusia yang seringkali mengisi pikiran mereka sendiri dengan hal-hal yang timbul dari sekeliling mereka,” kata Haemin Suim, akhir pekan kemarin.
 
Oleh karena itu, ia mengajarkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi di kehidupan sehari-hari itu sebetulnya adalah datang dari opini-opini atau perspektif dari sekeliling yang sebenarnya tidak bisa dikontrol. Sebab, semakin mencari atau mengejar apa yang disebut dengan ‘kebahagiaan’ dari luar, maka akan semakin sulit pula menemukan kebahagiaan itu sendiri, karena pada dasarnya kebahagiaan itu berasal dari dalam diri masing-masing orang.
 
“Jika kita fokus pada diri kita, pada apa yang kita rasakan saat ini, pada apa yang ada di saat ini, di depan mata kita, barulah bisa kita temukan kebahagiaan yang sejati,” ujarnya.
 
Selain itu, ia juga menggunakan kacamata hitam sebagai perumpamaan melihat dunia dan lingkungan sekitarnya. Ketika terbiasa hidup dengan menggunakan kacamata hitam, maka hanya mengenal dunia sejauh yang ada di dalam kacamata hitam yang sedang dipakai itu, yang pada polanya, terdiri dari kehidupan yang lalu dan masa mendatang. Tanpa disadari, ketika kacamata hitam itu dilepaskan, ada satu lagi keadaan hidup yang seringkali dilewatkan, yaitu keadaan sekarang dan pada saat ini.
 
“Jika kita memposisikan diri dan memfokuskan diri dan perasaan pada apa yang ada di depan mata kita saat ini, penyesalan akan masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan tidak lagi dirasakan. Di saat itulah, kita bisa merasakan hidup dengan pikiran yang tenang dan perlahan terbebas dari keterikatan duniawi,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE