Fenomena Gen Z yang kerap menghadapi layoff di dunia kerja menjadi isu hangat di tahun 2024. Berdasarkan laporan Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, sekitar 60% perusahaan mengaku telah memecat lulusan universitas baru tahun ini. Data ini memunculkan diskusi panjang, terutama tentang ketidakcocokan antara harapan perusahaan dan realitas generasi muda saat ini.
Gen Z Rentan Alasan pemecatan bervariasi, mulai dari kurangnya inisiatif atau motivasi (50%), profesionalisme yang dianggap rendah (46%), hingga keterampilan komunikasi yang buruk (39%). Bahkan, ketidakmampuan menerima feedback juga menjadi faktor signifikan (38%). Huy Nguyen, kepala penasihat Intelligent, menyebutkan bahwa tantangan utama bagi lulusan baru adalah adaptasi terhadap dunia kerja yang jauh berbeda dari lingkungan akademik.
apakah masalah ini sepenuhnya ada pada Gen 7? Ada sudut pandang lain yang perlu diperhatikan. Banyak perusahaan sengaja membatasi usia dalam rekrutmen, memprioritaskan fresh graduate (kebanyakan Gen Z) untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Strategi ini sering kali berbenturan dengan ekspektasi hasil kerja yang tinggi, seolah mereka diharapkan memiliki kemampuan profesional setara dengan karyawan berpengalaman.
Generasiz membawa semangat perubahan. Mereka cenderung mengutamakan keseimbangan antara kehidupan dan kerja, mengkritisi sistem yang dirasa tidak adil, dan berani memberikan saran untuk perkembangan perusahaan. Sayangnya, keberanian in sering dianggap sebagai sikap tidak tahu tempt oleh generasi sebelumnya. Pernyataan seperti, “Apa yang kamu tahu tentang perusahaan ini?” kerap menjadi respons yang menutup peluang dialog antar generasi.
Di sisi lain, perusahaan juga tidak sepenuhnya lepas dari tanggung jawab. Fokus berlebihan pada profit, praktik rekrutmen berbasis efisiensi biaya, dan kurangnya program pelatihan yang memadai bagi karyawan muda menunjukkan bahwa ada celah besar dalam sistem. Jika perusahaan ingin mendapatkan hasil maksimal dari karyawan Gen Z, investasi dalam pengembangan keterampilan, pembentukan budaya kerja yang inklusif, dan komunikasi yang shat menjadi hal mutlak.
Dalam Buddhadharma, penting bagi kita untukmengambil jalan tengah. Kerja sama dan saling pengertian adalah kunci. Jangan biarkan perbedaan menjadi alasan untuk saling menyalahkan. Menghakimi antargenerasi hanya akan menciptakan jurang yang lebih dalam. Setiap generasi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Gen Z mungkin kurang berpengalaman, tetapi mereka membawa perspektif baru yang segar. Sebaliknya, generasi sebelumnyo mungkin lebih berpengalaman, tetapi mereka bisa belajar dari semangat inovasi dan keberanian Gen Z.
Leave a Reply