Alih-alih perayaan penuh mitos yang suram, Hari Ullambana merupakan hari yang membahagiakan. Sudah menjadi sebuah tradisi Tionghoa bahwa setiap bulan ke-7 (Cit Gwee) penanggalan Imlek dianggap sebagai “Bulan Hantu.” Dari larangan pindah rumah dan mengadakan pesta pernikahan, merupakan mitos-mitos tabu yang ada dalam tradisi Tionghoa sat memasuki bulan ke-7.
Hal tersebut sedikit banyak memengaruhi pandangan sebagian masyarakat terhadap Hari Ullambana yang merupakan salah satu hari rava Buddhis tradisi Mahayana Tiongkok, yang jatuh pada tanggal 15 di bulan yang sama (Cit Gwee). Dan juga tidak sedikit di antara umat Buddhis sendiri yang belum mengetahui apa itu Hari Ullambana. Berikut tiga hal tentang Ullambana;
1. ARTI KATA “ULLAMBANA”
Secara mum kata “ullambana” sering dianggap berasal dari bahasa Sankserta dan yang berarti “menggantung terbalik”. Namun, istilah “ullambana” ini jarang bahkan tidak ada dalam kosakata bahasa Sanskerta. Satu-satunya kata yang terdengar sama adalah “ullamphana” yang berarti “melompat.”
Menurut mending Takakusu Junjiro, Profesor Emeritus bahasa Sanskerta dari Universitas Imperial Tokyo, kata “ullambana” berasal dari perubahan kata dalam bahasa Pali, dari kata “ullumpana” yang berarti “menaikkan, menyelamatkan, menolong” yang kemudian menjadi “ullumbana” lalu menjadi “ullambana”. Dalam bahasa Mandarin, “ullambana” diterjemahkan sebagai “yú lán pén” (EMm) yang secara harfiah diartikan sebagai “mangkuk, baskom, bajan persembahan leluhur.”
2. BUKAN FESTIVAL HANTU KELAPARAN
Meskipun berkaitan dengan adanya kisah hantu kelaparan (Pali: peta; Skt: preta), Hari Ullambana bukan merupakan Festival Hantu Kelaparan atau disebut Zhong Yuan Jie yang mempercayai para hantu dibebaskan dari neraka dan kemudian berkeliaran di dunia manusia untuk mencari makanan selama bulan ke-7. Hari Ullambana sendiri muncul berdasarkan pada kepustakaan Agama Buddha tradisi Mahayana yaitu Ullambana Sutra (Fú Shuö Yú Lán Pén Jing) yang isinya mengenai Yang Arya Maudgalyäyana (Pali: Moggallána),
Salah satu Siswa Utama Buddha yang sedang bermeditasi melihat mending ibunya yang terlahir kembali sebagai hantu kelaparan dan beliau ingin menolongnya. Atas nasihat Buddha, Y.A.Maudgalyäyana dapat membantu bunya dengan cara memberikan persembahan dana kepada Sangha.
3. HARI PRAVARANA
Hari Ullambana pada dasarnya adalah Hari Pravarana (Pali. Pavarana; mengundang), yaitu hari penanda berakhirnya masa varsa (Pali: vassa – retret musim penghujan) selama 3 bulan bagi para biksu. Ullambana Sutra menyebutkan bahwa hari tersebut jatuh pada hari ke-15 (hari Purnama) di bulan ke-7. Pada Hari Pravarana in para bhiksu berkumpul dalam komunitas dan melakukan pengakuan atas kesalahan mereka satu sama lain dan saling menasihati.
Sumber: berita.bhagavant.com
Leave a Reply