Sekularisasi, yaitu penurunan keterikatan dan praktik keagamaan, adalah tren nyata di negara-negara maju seperti Amerika Utara, Eropa Barat, dan Asia Timur. Faktor-faktor seperti keamanan ekonomi, perubahan nilai sosial, pendidikan tinggi, dan kemajuan teknologi mendorong masyarakat, terutama generasi muda, menjauh dari agama tradisional.
Tren sekularisasi ini bervariasi di setiap wilayah. Eropa Barat sangat sekuler, sedangkan Amerika Utara mengalami penurunan Kristen yang signifikan. Asia Timur unik; banyak yang tak berafiliasi formal namun tetap menjalankan praktik spiritual tradisional sebagai budaya.
Secara global, jumlah penganut diproyeksikan stagnan atau menurun karena tingkat kelahiran rendah di negara-negara mayoritas Buddhis. Di Asia Timur, banyak yang meninggalkan identitas Buddhis, dan krisis kelembagaan seperti penutupan kuil di Jepang menjadi masalah serius.
Sekularisasi juga mengubah praktik dan persepsi. Ritual tradisional menjadi seremonial, sementara fokus bergeser ke meditasi pribadi dan mindfulness yang dikemas non-religius. Ajaran Buddha dipandang positif sebagai filosofi hidup logis dan selaras sains, menarik mereka yang tak beragama.
Menghadapi tantangan ini, ajaran Buddha beradaptasi dengan reformasi dan penekanan pada “jalan hidup” etis yang relevan dengan masalah sosial. Ini memungkinkan ajaran Buddha tetap relevan di tengah masyarakat yang semakin sekuler.
Meskipun menghadapi tantangan seperti stagnasi jumlah penganut dan krisis kelembagaan, ajaran Buddha menunjukkan resiliensi dengan bergeser ke praktik pribadi seperti meditasi dan mindfulness. Persepsi ajaran Buddha sebagai filosofi hidup logis dan etis, bukan agama dogmatis, menjadikannya tetap relevan dan menarik bagi pencari spiritual di masyarakat sekuler modern.
Leave a Reply