Tradisi Buddhis Theravada umumnya menyatakan bahwa kelahiran kembali terjadi langsung setelah kematian. Tradisi Buddhis yang lain seperti Tantrayana menyatakan ada tahap atau jarak sampai 49 har antara kematian dan kelahiran selanjutnya, yang disebut bardo. Mana yang harus diyakini? Apakah harus menunggu mati untuk tahu jawabannya? Penelusuran teks Buddhis bisa menjadi solusi untuk memecahkan kebingungan ini.
Di dalam teks Pali milik aliran Theravada, sebenarnya ada indikasi tentang keberadaan bardo. Hal in diketahui penulis beberapa tahun lalu, sat menyimak penjelasan Ajahn Sujato yang menjadi salah satu pembicara talkshow di Buddhist Festival Surabaya 2013. Waktu itu, temanya adalah “The Three Yanas: The Culture and Tradition Within Buddhist Path”. Beberapa aliran Buddhis selain Theravada menyatakan bahwa setelah kematian, kesadaran ditunda untuk suatu periode sebelum kelahiran kembali terjadi. Interval ini disebut keadaan di antara ( antarabhava).
ADA BEBERAPA TEORI
yang berbeda tentang berapa lama interval ini berlangsung. Beberapa mengatakan tujuh hari, yang lain mengatakan 14, dan yang lain menyebut 49 hari. Abhidhamma dari tradisi Theravada menyatakan bahwa kelahiran kembali selalu langsung tanpa kondisi peralihan. Meskipun tidak ada indikasi dari mana Sutta-sutta yang secara langsung merujuk kelahiran kembali segera dalam semua kasus. Ini hanya ditekankan dalam Abhidhamma, yang meskipun merupakan bagian dari Kanon Pali, dan merupakan diskursus yang disusun belakangan, tidak bersamaan dengan sutta dan vinaya.
AJAHN SUJATO
menjelaskan bahwa sebenarnya beberapa sutta dalam Kanon Pali mengindikasikan bahwa ada selang waktu antara kematian dan kelahiran kembali. Tidak seketika. la juga menjelaskan memang tidak ada penyebutan istilah antarabhava di teks Pali. Namun ada istilah lain yang mendekati, yakni antaraparinibbayi. Berdasarkan penelusuran, rupanya disebutkan di Kanon Pali bahwa Sang Buddha memang pernah berbicara tentang situasi “ketika seseorang telah meletakkan tubuh (yaitu meninggal) tetapi belum dilahirkan kembali” (S.IV, 400).
PADA BEBERAPA
kesempatan lain Buddha mengatakan bahwa bagi seseorang yang telah mencapai Nibbana ia “tidak di sini, tidak di sana, tidak ada di antara” (S.IV, 73), merujuk pada kehidupan ini, kehidupan berikutnya, dan keadaan di antara keduanya. Tathagata bahkan mengatakan bahwa dalam keadaan tertentu seseorang mungkin mencapai Nibbana ketika berada di kondisi di antaranya. Belau menyebut individu yang mencapai ini “tipe Nibbana di antara” (antaraparinibbayi, S.V, 69).
Tradisi Buddhis Mahayana di Tiongkok mendoakan orang yang telah meninggal dan melimpahkan jasa hingga 49 hari dengan merapalkan nama Buddha Amitabha.
Dalam Buddhisme Varayana Tibet, kondisi peralihan disebut bardo. Membacakan instruksi dari teks “Pembebasan Melalui Pendengaran di Alam Antara” (Bardo Thodol) dapat membantu orang yang telah meninggal memperoleh kelahiran kembali yang lebih baik atau mencapai pencerahan.
Sumber: BuddhaZine.com | Alam Antara Sebenarnya Diakui di Tradisi Theravada? | Deny Hermawan
Leave a Reply