MAHA PARINIBBANA SUTTA,
Buddha menasihati para siswa-Nya bahwa jika mereka ingin menghormati Buddha setelah la tiada, mereka boleh membangun pagoda-pagoda untuk menyimpan relik tubuh-Nya. Nasihat ini sesuai dengan kebiasaan di India pada masa itu: kebiasaan membangun pagoda-pagoda untuk menyimpan relik orang-orang yang suci.
PADA SUATU KETIKA,
Buddha menghabiskan waktu selama tiga bulan di surga mengajarkan Abhidhamma atau Dhamma Yang Tertinggi. Selama kepergian Beliau, orang-orang yang pergi ke vihara merasa sangat tidak gembira kerena mereka tidak dapat melihat Sang Buddha. Mereka mulai mengeluh. Siswa utama, Yang Mulia Sariputta, pergi menemui dan melaporkan situasi itu kepada Buddha.
BUDDHA
menasihati Beliau untuk mencari seseorang yang dapat membuat rupang (gambar/patung/arca) yang sama persis dengan diri Buddha; kemudian orang-orang akan menjadi gembira melihat rupang Buddha. Sariputta pun kembali dan menemui raja untuk meminta kebaikannya untuk menolong mencari seseorang yang dapat membuat tiruan Buddha. Tidak lama kemudian, orang yang dicari ditemukan; dia mengukir rupang dari kayu cedana. Setelah rupang itu diletakkan di vihara, orang-orang menjadi sangat gembira. Sejak saat itu, selanjutnya, menurut Fa-hsien, orang-orang mulai meniru replika Buddha tersebut. Banyak para sejarawan mengklaim bahwa rupang (gambar/patung/arca) Buddha dibuat pertama kali di India pada masa pendudukan bangsa Yunani. Orang-orang Yunani membantu dan menganjurkan orang-orang India dalam seni membangun rupang Buddha.
Sejak saat itu, orang-orang di berbagai negara mulai mendirikan rupang Buddha. Rupang-rupang di berbagai negara diukir dan dibentuk mengikut gaya dan seni yang menggambarkan ciri-ciri fisik orang-orang di negara
tersebut.
DI NEGARA BUDDHIS
gaya dari Rupang Buddha pun berkembang menjadi beragam bentuk dan gaya disesuaikan dengan perubahan jaman dan sejarah. Di India sampai hampir 500 tahun setelah Buddha mangkat. Pada masa itu, para umat biasanya menghormati Buddha dengan menyimpan bunga teratai atau gambar telapak kaki Buddha. Nampaknya, pada permulaan beberapa umat Buddha tidak menyukai membuat rupang Buddha, mengingat memungkinkan terjadinya penyimpangan terhadap ciri-ciri penting Buddha.
Sumber: Bhikkhu K. Sri. Dhammananda | Asal Muasal Rupang Buddha (Kutipan Buku Apakah Umat Buddha Penyembah Berhala?)
Leave a Reply