Bab 25

Bab 25

Pendidikan & Pembinaan Manajemen

Saya mengenal PPM Manajemen pertama kali bersamaan dengan masuknya ke Unilever Indonesia pada 1 Juli 1970 sebagai Management Trainee gelombang kedua. Hari-hari pertama diisi pengenalan internal business process perusahaan pada pagi hari sampai jam 14.00 di kantor Unilever, sementara sore jam 16.00 sampai jam 20.00 di PPM Manajemen yang waktu itu masih di Jalan Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat.

 

Pelatihan di PPM itu tiga bulan lamanya, memelajari seluk beluk manajemen serta Bahasa Inggris. Mrs. Ann Dunham Soetoro, ibunda Barack Obama, Presiden USA sekarang, adalah native speaker guru bahasa Inggrisku di PPM untuk peningkatan kemampuan bahasa Inggrisku. Tanda kelulusan pelatihan Business English yang kumiliki juga ditanda tangani Ann Dunham. Soetoro adalah suami kedua Ann yang orang Indonesia. Membanggakan sekali. Begitu selesai pelatihan, dari 24 orang yang lolos hanya 12 orang. Saya salah satunya.

Kenangan bersama Pater Kadarman, Direktur Utama PPM, tidak mungkin terlupakan. Saya ingat pada waktu awal pelatihan, pada suatu malam pulang, saya dan kawan-kawan menirukan gaya bicara pastor itu dalam Bahasa Indonesia dengan logat Belandanya yang lucu di telinga mereka. Ketika mereka saling bersahutan menirukan Kadarman, ternyata Kadarman di belakang mereka. Kontan, mereka semua ketakutan, takut kalau dilaporkan ke Unilever. Ternyata tidak ada laporan. Di sinilah saya bisa melihat sosok Kadarman, yang memiliki kasih sayang atau memaafkan yang luar biasa. Anugerah Pekerti sebagai dosen handal adalah tangan kanan beliau sangat berarti dan kukagumi.

 

Menjadi pengurus Yayasan PPM sejak 1983 karena dapat mewakili unsur komunitas Buddhis adalah jabatan yang cukup bergengsi bagiku. Berkumpul dengan orang-orang terpandang di negeri sebagai tempat menambah wawasan dan pengalaman yang sering tidak ada di luar. Pengalaman berbicara, sewaktu jaman Orba ada bisikan untuk mengeluarkan Syafruddin Prawiranegara (Direktur Konsultasi) dan Slamet Bratanata (Bendahara) dari PPM karena keduanya terlibat dalam Petisi 50. Jika tidak, ancamannya order BUMN distop ke PPM. Badan pelaksana sampai ketar-ketir. Ternyata TB. Simatupang sebagai Ketua Badan Pengurus Yayasan PPM menanyakan dalam suatu rapat, apakah ada kesalahan keduanya pada PPM. Forum rapat menjawab tidak ada. Karena itu TB. Simatupang tegas menolak pemberhentian kedua orang tersebut dari PPM. Pengalaman itu begitu membekas pada diriku. Saya banyak belajar dari Pak Sim mengenai ketegasannya, memegang teguh Etika Bisnis dan sistematika berpikir .

PPM adalah lembaga prestisius yang sangat kuhormati karena dari situ saya banyak belajar dari para tokoh religius dan nasionalis tingkat internasional, seperti Jenderal Tahi Bonar Simatupang, Syafrudin Prawiranegara (Presiden Pemerintah Darurat RI di Bukittinggi 1945), Frans Seda (Menteri 4 jaman), Cosmas Batubara (Tokoh 66 dan beberapa kali menjadi menteri), Siswono Judohusodo (calon Presiden 2009), Mutiara Djokosoetono (pemilik Blue Bird taxi), Herawati Diah (tokoh nasional wanita), William Soeryadjaya(pengusaha nasionalis Tionghoa), Anak Agung Gde Agung (raja Gianyar & pengusaha).

 

PPM yang lebih dikenal sebagai LPPM didirikan dengan semangat Pancasila oleh tiga tokoh religius nasionalis yaitu I.J. Kasimo (tokoh Partai Katolik), Doktor Albert Mangaratua Tambunan (tokoh Partai Kristen Protestan) dan Prof. Dr. Bahder Djohan (tokoh Islam). Sampai sekarang jajaran Pengurus, Pengawas dan Pembina Yayasan PPM terdiri dari berbagai intelektualis dan berbagai agama dan tokoh nasional.

 

Gedung PPM diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono IX pada 6 September 1973. Pengurusan Yayasan PPM sekarang diakhiri dengan mempersembahkan sebuah gedung baru bertingkat sembilan guna memperluas pengabdiannya pada bangsa dan negara. PPM adalah sebuah institusi pertama di Indonesia yang didirikan dengan semangat mencetak kader pimpinan dan professional bisnis dengan sistem manajemen berkarakter Indonesia.


Tidak terasa pengabdianku di PPM memasuki tahun ke 28 dan pada jelang usiaku yang ke-70 saya menyerahkan kepada Camelia Dharmawan yang Buddhis sebagai anggota pengurus mewakili komunitas Buddhis dan saya bergeser menjadi anggota pengawas mendampingi Ketua Dewan Pengawas, Shanti L. Poesposoetjipto, Dipl. Ing, Pemilik dan Komisaris Samudera Indonesia.

Sumber: Jayamedho, Bhikkhu. Menapak Pasti: Kisah Spiritual Anak Madura. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit CENAS, 2015, Bab 25 “Pendidikan & Pembinaan Manajemen”, hlm. 321–324. 

TRANSLATE