Free Child Have A Child?

June 13, 2025

Free Child Have A Child?

Usia 20-an, masa penuh pilihan. Di tengah riuhnya ekspektasi, muncul pertanyaan esensial: “Free Child atau Have a Child?” Sebuah dilema modern yang mendalam, yang jika direnungkan lebih jauh, bisa kita telaah melalui lensa kebijaksanaan ajaran Buddha. Namun, urusannya tak sesederhana memilih salah satu, melainkan tentang bagaimana pilihan itu membawa kita pada perkembangan Dharma dan kebajikan, mengingat betapa berharganya kelahiran manusia ini.

 

Dalam ajaran Buddha, pilihan “Free Child” (tidak memiliki anak) dapat direnungkan dari sudut pandang pelepasan (nekkhamma). Ini adalah jalan bagi mereka yang ingin fokus pada pengembangan batin dan melepaskan beban yang mungkin menghambat jalan spiritual, sehingga energi dan waktu yang luang dapat dialihkan untuk mengakumulasi kebajikan lain yang mendukung pencerahan.

 

Sebaliknya, pilihan “Have a Child” (memiliki anak) juga bisa dimaknai secara positif dalam konteks ajaran Buddha. Memiliki anak adalah peluang besar untuk menumbuhkan cinta kasih (metta) dan kasih sayang (karuna) tanpa batas, serta menjadi ladang subur untuk mempraktikkan kesabaran, pengorbanan, dan pelepasan ego.

 

Ajaran Buddha menekankan Jalan Tengah (Majjhima Patipada), yaitu menghindari ekstremitas. Jalan Tengah mendorong kita untuk merenungkan dengan bijaksana motivasi di balik setiap pilihan, dan memahami konsekuensi karmiknya. Terlebih lagi, kelahiran sebagai manusia adalah suatu anugerah langka yang membutuhkan akumulasi karma baik yang luar biasa di masa lalu.

 

Yang terpenting dalam ajaran Buddha adalah niat (cetana) di balik setiap keputusan, serta dampak kebajikan yang dihasilkannya. Jalan Tengah justru mendorong kita untuk merenungkan dengan bijaksana motivasi terdalam di balik setiap pilihan, serta memahami konsekuensi karma yang mungkin menyertainya.

 

Penting untuk diingat bahwa kelahiran sebagai manusia adalah suatu anugerah yang sangat langka dan berharga. Kesempatan untuk terlahir kembali sebagai manusia dan bertemu dengan ajaran Dharma adalah peluang emas yang tidak datang dua kali. Oleh karena itu, setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup ini, termasuk perihal keluarga, haruslah secara sadar berkontribusi pada pengembangan Dharma dan penciptaan kebajikan.

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE