Guanyin/Kwan Im Pria Atau Perempuan?

July 19, 2024

Guanyin/Kwan Im Pria Atau Perempuan?

Guanyin adalah pengejawantahan dari Belas Kasih Universal. Guan Yin biasa disebut Bodhisattwa Belas Kasih. Sebutan ini adalah terjemahan dalam bahasa Mandarin dari Sanskerta, Avalokitesvara, yang dapat ditatsirkan sebagai “Pendengar Suara-suara Dunia atau “Yang Mendengarkan Permohonan-permohonan dari Mereka yang Sedang dalam Kesusahan.”

 

Di India, Avalokitesvara juga dikenal sebagai Lokesvara (Raja Alam Semesta, Raja Dunia) atau Lokanatha (Pelindung Alam Semesta). Nama Lokesvara digunakan di Kamboja dan Champa, sedangkan nama Lokanatha digunakan di Srilanka, Burma (Myanmar), Thailand, Kamboja, dan Champa (Vietnam). Kedua nama tersebut tidak digunakan di Tiongkok, Korea, atau Jepang.

 

APA PERAN GUANYIN?
Peran-Nya adalah menjaga keselamatan semua makhluk hidup dan mengajarkan Dharma kepada mereka dalam selang waktu di antara masa hidup dua Buddha. Belau akan memainkan peran dominan dalam membimbing umat manusia menuju pencerahan sampai tibanya Buddha berikutnya, yakni Buddha Maitreya. Inilah alasan mengapa Beliau menjadi fokus pemujaan dalam Mahayana. Guanyin menjalankan peran ini melalui setiap makhluk hidup yang mempunyai belas kasih di hatinya.

 

Dengan cara lain:
Jika Anda tidak dapat mencapai pencerahan dalam kehidupan ini, cara terbaik untuk memperbaiki diri (pikiran, perbuatan, dan karma Anda) adalah dengan mempraktikkan belas kasih. Cara terbaik untuk membantu seseorang adalah dengan mengajarkannya cara memperbaiki diri.

 

PEREMPUAN ATAU PRIA?
Guanyin adalah pengejawantahan dari Belas Kasih Tapa Batas, suatu perwujudan dari segala kebajikan. Guanyin adalah Tiga Perlindungan Buddha, Dharma, dan Sangha yang utuh. Haruskah dilabeli sebagai perempuan atau pria? Belau dapat berupa pria atau perempuan, atau bukan keduanya, tergantung pada keadaan. Jenis kelamin tidak penting. Selama Dinasti Tang, Mahayana menjadi agama yang populer di Tiongkok. Dinding-dinding wihara besar dan gua-gua tempt pemujaan seperti Dunhuang dilukis dengan pemandangan yang menggambarkan Buddha yang didampingi oleh para Bodhisattwa, arahat, dan dakini.

 

Bagi seniman Tiongkok kala itu, tidaklah pantas menggambarkan pria dalam postur tribhanga (badan berlekuk tiga). Apalagi, kebanyakan bodhisattwa membawa bunga teratai, yang lebih sesuai dengan citra perempuan. Guanyin yang kita kenal sekarang adalah rupang yang berdasar pada legenda putri Miao Shan. Miao Shan membuat orang tuanya terkejut dengan transformasinya yang aneh menjadi Avalokitesvara bertangan 1.000. Dalam transformasi tersebut, seorang perempuan yang lemah lembut menjadi sosok pria yang sangat kuat. Dalam Saddharma Pundarika Sutra (Sutra Teratai), seorang putri raja naga juga bertransformasi menjadi bentuk prio.

 

Sumber: “Guanyin, Seratus Satu Pertanyaan”, Teoh Eng Soon, Penerbit Karaniva

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE