Buat kita yang lagi jungkir balik urusin karir dan keuangan, kadang rasanya orang tua terlalu berharap banyak. Mereka ngelihat kita sebagai “investas'” jangka panjang, dan itu sering bikin kita stres. Tapi, kalau dipikir-pikir, mereka punya alasan juga, lho.
1. Perspektif orang tua : harapan atau tekanan? Orang tua punya harapan besar karena sejak kita kecil, mereka sudah berinvestasi banyak dalam hidup kita. Mulai dari pendidikan, makanan, hingga bimbingan moral. Jadi wajar kalau mereka berharap kita bisa “membalas jasa Tapi, sebagai manusia, wajar juga kalau kita ngerasa beban itu terlalu berat, apalagi kalau kondisi ekonomi nggak mendukung.
2. Perspektif anak : bukan mesin pencetak uang Kita nggak bisa disalahkan kalau kita merasa nggak siap atau nggak mau dipandang sebagai aset ekonomi keluarga. Kita juga punya mimpi, rencana, dan tantangan sendiri yang nggak selalu sinkron dengan harapan orang tua. Di sini, penting but belajar komunikasi dua arah dengan orang tua, supaya ekspektasi nggak jadi sumber konflik.
3. Pandangan buddha keseimbangan dan kebijaksanaan
Dalam ajaran Buddha, penting buat nggak terlalu terikat pada harapan dan keinginan duniawi. Orang tua nggak boleh melihat anak sebagai objek yang harus menghasilkan materi. Sebaliknya, anak juga perlu memahami bahwa bakti dan rasa hormat kepada orang tua itu penting. Buddha menekankan keseimbangan antara kebijaksanaan dan kasih sayang dalam hubungan keluarga. Jadi, kita perlu mengelola ekspektasi tapa kehilangan rasa hormat dan tanggung jawab.
4. Cari titik tengah : komunikasi adalah kuncinya nggak semua masalah harus jadi besar. kita bisa membangun komunikasi yang lebih baik dengan orang tud, dan menjelaskan bahwa situasi ekonomi nggak selamanya sesuai ekspektasi mereka. kita juga bisa belajar mengelola ekspektasi mereka dengan lebih bijak.
5. Hidup sebagai anak, bukan aset akhirnya, orang tua dan anak perlu mengerti bahwa hubungan keluarga lebih dari sekadar materi. Ini tentang kasih sayang, dukungan, dan kerja sama. Kita hidup bukan sebagai aset, tapi sebagai individu yang tumbuh bersama keluarga, dengan cinta dan pemahaman.
Leave a Reply