Kehidupan monastik dalam tradisi Buddhis menuntut komitmen terhadap selibat dan disiplin spiritual yang ketat. Namun, ketika homoseksualitas menjadi bagian dari identitas seorang calon biksu, muncul berbagai tantangan dan pertanyaan. Apakah lingkungan wihara dapat mendukung mereka dalam menjalani kehidupan suci? Mari kita telaah lebih jauh mengenai perdebatan in dan dampaknya bagi kehidupan monastik.
Homoseksual Bisa Ditahbiskan? Homoseksual memiliki kemungkinan untuk ditahbiskan sebaqai biksu, namun hal ini tidak disarankan karena dapat menimbulkan risiko bagi kehidupan monastik. Beberapa biara secara tegas melarang pentahbisan untuk mereka yang terbuka mengenai orientasi seksualnya.
Alasannya, lingkungan monastik dirancang untuk kehidupan selibat dengan segregasi gender, yang menjadi lebih kompleks ketika seorang homoseksual ditahbiskan dan hidup di antara biksu lainnya.
Persepsi para biksu senior cenderung memiliki persepsi negatif terhadap biksu homoseksual, sering kali menganggap bahwa mereka lebih suit mengendalikan nafsu seksual. Meskipun tidak semua homoseksual seperti itu, pengalaman-pengalaman ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan biksu senior.
Lingkungan Selibat Dan Homoseksualitas Kehidupan monastik berfokus pada menjaga selibat melalui segregasi gender yang ketat. Kehadiran wanita di biara dibatasi untuk menghindari potensi godaan seksual. Namun, segregasi ini tidak berlaku untuk homoseksual, sehingga potensi godaan tetap ada.
Dalam cerita asal mula larangan ini, seorang pandaka (disorientasi seksual) yang telah menerima penahbisan penuh mencoba menggoda beberapa bhikkhu dan samanera, namun gagal. Kemudian, ia berhasil menggoda beberapa pelatih kuda dan gajah, yang kemudian menyebarkan rumor, “Para biksu keturunan Suku Sakya ini adalah pandaka. Dan di antara mereka yang bukan pandaka, mereka mengganggu pandaka.” (BMC-Buddhist Monastic Code Vol. 2, halaman 187)
Homoseksual menghadapi tantangan besar dalam kehidupan monastik yang dirancang untuk selibat dan segregasi gender. Kekhawatiran muncul dari persepsi tentang sulitnya mengendalikan nafsu, meskipun in tidak berlaku untuk semua.
Sumber: Can Homosexuals Ordain as Buddhist Monks? | americanmonk.org | Bhante Subhuti
Leave a Reply