Aghori Sadhu dikenal sebagai kelompok spiritual paling ekstrem di india. Mereka mempraktikkan ritual yang menantang norma sosial, seperti bermeditasi di tempt kremasi, menggunakan abu jenazah sebagai hiasan tubuh, bahkan menggunakan tengkorak manusia sebagai alat ritual.
Bagi masyarakat awam, praktik in terlihat mengerikan dan penuh kontroversi. Namun, bagi para Aghori, semua ini adalah bagian dari perjalanan spiritual untuk mengatasi dualitas-antara suci dan najis, antara hidup dan mati. Ajaran inti Aghori adalah non-dualitas (advaita), yaitu melihat segala sesuatu sebagai ekspresi dari keilahian yang sama.
Mereka menolak konsep keterpisahan, termasuk memandang tubuh manusia dan alam semesta sebagai satu kesatuan. Dengan menghadapi apa yang dianggap menjijikkan atau tabu, mereka bertujuan membebaskan diri dari keterikatan duniawi dan mencapai moksha (pencerahan).
Dalam agama Buddha, dualitas juga dianggap sebagai ilusi. Buddha mengajarkan bahwa penderitaan muncul karena keterikatan pada hal-hal duniawi, dan pencerahan dapat dicapai dengan melepaskan semua keterikatan, termasuk pada konsep “baik” dan’ “buruk.
Jalan Buddha lebih moderat. Alih-alih menantang norma sosial secara ekstrem, Buddha mendorong jalan tengah. Praktik seperti meditasi, perhatian penuh (mindfulness), dan cinta kasih (metta) membantu individu menyadari sift sejati realitas tapa melibatkan praktik ekstrem seperti Aghori. Aghori melakukannya secara harfiah dengan berhadapan dengan kematian dan hal-hal tabu, sementara Buddha mengajarkan kita untuk mengenali dan mengatasi kotoran batin seperti kebencian, keserakahan, dan kebodohan.
Buddha mengingatkan bahwa jalan menuju pencerahan tidak harus melalui ketakutan atau penderitaan fisik, melainkan melalui pemahaman mendalam tentang sifat pikiran dan realitas.
Alih-alih meniru jalan ekstrem Aghori, kita bisa memulai dengan langkah kecil seperti meditasi harian, merenungkan kematian sebagai bagian alami kehidupan, atau belajar melepaskan hal-hal yang tidak membawa kebahagiaan sejati. Jalan pencerahan mungkin tampak berbeda untuk setiap orang, tetapi inti dari semua tradisi in sama: melepaskan ego dan menemukan kebebasan sejati dalam diri.
Leave a Reply