Di balik layar sejarah Indonesia, terdapat dua jenderal TNI yang mengukir jejak sebagai pemeluk agama Buddha, menunjukkan bahwa keberagaman kepercayaan juga hadir di ranah militer. Hal in menegaskan bahwa pemimpin yang tangguh tidak hanya ditentukan oleh latar belakang agama, tetapi juga oleh nilai-nilai dan komitmen mereka terhadap bangsa.
Gatot Soebroto Jenderal Gatot Soebroto, sosok legendaris asal Banyumas, Jawa Tengah, adalah pelopor berdirinya akademi militer gabungan TI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Sering disangka sebagai seorang Muslim, tak sedikit pula yang percaya bahwa beliau adalah seorang Buddhis.
Selama hidupnya, Gatot Soebroto dikenal sebagai pelindung agama Buddha. la kerap kali hadir dalam berbagai upacara keagamaan, mulai dari Hari Raya Waisak hingga perayaan di stupa Borobudur. Keberaniannya untuk menampilkan identitas spiritualnya menunjukkan bahwa keyakinan bisa bersinergi dengan pengabdian kepada bangsa.
Soemantri M. Saleh Di sisi lain, kita memiliki Jenderal Soemantri Mohammad Saleh, asisten setia Gato Soebroto, yang menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) pada tahun 1950-an. Di masa muda, Soemantri dikenal sebagai sosok yang suka berpesta dan berfoya-foya, bahkan hanya menempuh pendidikan hingga tingkat MULO (setara SMP) sebelum terjun ke dunia kerja di sebuah perusahaan karung goni di Solo.
Perjalanan hidupnya berubah saat ia memeluk agama Buddha sekitar dua tahun sebelum kepergian Jenderal Gatot Soebroto. Pada usia 15 tahun dan berpangkat mayor, Soemantri menemukan jalan spiritual yang baru. Selama sepuluh tahun, ia mendapat bimbingan langsung dari Biksu Ashin Jinarakkhita, dan akhirnya mencapai tingkat pendeta atau Maha Upasaka.
Dirgahayu TNI! Selamat ulang tahun untuk TNI! Terima kasih atas pengabdian dan dedikasi yang tiada henti dalam menjaga kedaulatan dan keamanan bangsa. Semoga TNI semakin maju, profesional, dan selalu sip melindungi negara. Jayalah selalu!
Leave a Reply