BERDASARKAN KUTIPAN DARI MN 66
Malam hari dianggap sebagai waktu yang tidak tepat bagi seorang bhikkhu yang melakukan perjalanan untuk menerima sumbangan makanan.
KARENA:
(1). Pernah terjadi para bhikkhu dalam perjalanan menerima sumbangan makanan di malam hari yang gelap gulita, mereka dapat terperosok ke dalam lubang kakus, jatuh ke saluran air kotor, menabrak semak berduri, atau bahkan menabrak sapi yang sedang tertidur.
(2). Mereka mungkin bertemu dengan para penjahat yang telah melakukan
kejahatan atau sedang merencanakan kejahatan.
(3). Mereka juga mungkin mengalami godaan seksual.
(4). Dalam satu kejadian, seorang bhikkhu sedang berjalan untuk menerima sumbangan makanan di malam yang gelap gulita. Seorang perempuan yang sedang mencuci panci melihatnya dengan kilatan cahaya dan ketakutan, dan berteriak: ‘Kasihanilah aku, setan telah datang padaku!’ Bhikkhu tersebut menjelaskan bahwa dia bukanlah setan, melainkan seorang bhikkhu yang sedang mengumpulkan sumbangan makanan.
Namun, perempuan tersebut menjawab dengan kata-kata yang keras: ‘Maka, engkau adalah seorang bhikkhu yang ibu dan ayahnya telah mati! Lebih baik, bhikkhu, engkau membelah perutmu dengan pisau daging yang tajam daripada berkeliaran mencari sumbangan makanan di malam yang gelap gulita ini!’
Buddha mengatakan bahwa dirinya hanya makan sekali sehari dan merasa sehat. Dengan demikian, Buddha menganjurkan untuk makan secukupnya sesuai kebutuhan, menghindari kerakusan, dan hal ini juga bermanfaat untuk kesehatan.
Mengapa dipilih satu kali makan bukan pada siang atau malam? Hal ini berkaitan dengan latar belakang budaya India kuno saat itu. Di sana, bukan hanya “Sangha Gotama” yang menjalankan pertapaan, tetapi ada banyak Sangha petapa lainnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka menerima sumbangan makanan sebelum tengah hari.
Leave a Reply