Kita singkat saja dengan judol (jud* online) Ada pengurus wihara menggelapkan dana wihara, untuk main judol? Gimana itu? Ada kasusnya? Misalnya.….. Semoga tidak ada yah. Meski demikian..
Apabila hal tersebut sampai terjadi. bukan hanya soal moral, tapi juga soal manajemen dana yang tidak transparan. Layanan wihara pun ikut terbengkalai.
Pertama, jika sampai menggunakan dana wihara, jelas berdampak pada kepercayaan umat. Bukan hanya sekadar masalah pribadi, keterlibatan pengurus wihara dalam praktik in menciptakan ketidakpercayaan, terutama terkait pengelolaan dana. Banyak akses layanan yang seharusnya diberikan kepada umat malah terbengkalai. Wihara adalah tempat suci untuk beribadah dan mencari ketenangan, namun dengan dana yang tidak transparan, niat baik tersebut jadi terganggu.
Kedua, keterbukaan soal dana sangat penting untuk menjaga integritas. Jika dana yang seharusnya digunakan untuk renovasi, kegiatan sosial, atau pengembangan wihara malah disalahgunakan, siapa yang dirugikan? Jelas, umat yang berharap pada layanan wihara tersebut. Kita jadi bertanya-tanya, ke mana larinya uang donasi? Mengapa akses ke fasilitas jadi tidak terawat?
Ketiga, dalam menghadapi situasi ini, penting untuk menegakkan prinsip Dhamma: hidup benar, transparan, dan jujur. Setiap orang bisa berbuat salah, namun kesalahan in seharusnya tidak dibiarkan begitu saja. Transparansi adalah kunci agar umat tetap percaya dan wihara bisa terus berkembang menjadi tempt yang membawa manfaat bagi semua.
Kesimpulan: Judol bukan cuma merusak moral pribadi, tapi juga merugikan umat. Sebagai bagian dari komunitas wihara, penting bagi kita untuk memastikan bahwa dana dikelola dengan benar dan wihara tetap menjalankan fungsinya.
Leave a Reply