Fenomena Sosial – Masalahnya Apa
Kebanyakan orang beli iPhone baru bukan karena butuh, tapi karena takut ketinggalan. Studi di Indonesia membuktikan: FOMO dan media sosial berpengaruh signifikan pada keputusan mahasiswa membeli iPhone. Bahkan hanya 18% pengguna upgrade karena fitur baru. Sisanya? Karena tekanan sosial, gengsi, dan tren.
Hasil pra-survei terhadap 45 orang pengguna iPhone yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Udayana Bali:
1. 28,89% membeli iPhone karena ingin tampil lebih percaya diri di lingkungan teman.
2. 24,44% karena gaya hidup modern (ingin ikut trend / tampil gaya).
3. 20,00% karena citra merek (brand image).
4. 13,33% karena adanya promosi produk iPhone.
5. 8,89% karena persepsi harga (mereka melihat harganya cocok atau “worth it”).
Sisanya karena faktor sosial / pengaruh dari teman (“word of mouth”) sekitar 4,44%.
Statistik yang Mengguncang
FOMO itu nyata, dan dampaknya mengerikan.
Data global & lokal:
1. 60% orang melakukan pembelian reaktif dalam 24 jam setelah merasa FOMO.
2. FOMO & gaya hidup = faktor utama mahasiswa beli iPhone.
3. Banyak yang akhirnya terjebak cicilan, mengorbankan kebutuhan lain.
Perspektif Dharma – Refleksi
Buddha mengajarkan: Periksa dulu – ini butuh atau hanya ingin Dharma mengingatkan kita untuk menahan ketamakan, menggunakan apa yang ada sampai selesai fungsinya, dan tidak diperbudak nafsu. Gadget bisa membantu hidup, tapi tidak memberi kedamaian batin.
Checklist Dharma – Kapan Upgrade Bijak
Upgrade dengan kesadaran:
1. HP lama sudah rusak parah
2. Fitur baru benar-benar mendukung kerja/kuliah
3. Keuangan aman tanpa utang
Kalau tiga hal ini belum terpenuhi, tahan dulu. Jangan terjebak marketing & tren.
Resolusi
iPhone baru memberi kesenangan sesaat. Kesadaran & welas asih
memberi ketenangan selamanya. Sebelum upgrade, tanyakan: apakah ini sungguh untuk hidupku, atau hanya untuk pencitraan? Share postingan ini, biar lebih banyak teman sadar belanja dengan bijak!
Leave a Reply