Kebakaran hutan yang terjadi sejak 21 Maret 2024 di Korea Selatan telah menewaskan 26 orang dan memaksa lebih dari 37.000 warga mengungsi. Api melanda kawasan tenggara negara itu, merusak situs budaya, termasuk Wihara Gounsa yang berusia 1.300 tahun di Provinsi Gyeongsang Utara. Struktur utama wihara hancur, namun artefak penting, termasuk patung Buddha batu, berhasil diselamatkan.
Selain itu, sebuah helikopter pemadam kebakaran jatuh di Uiseong pada 26 Maret, menewaskan pilotnya. Kebakaran masih berkobar akibat angin kencang dan kekeringan ekstrem. Perdana Menteri Han Duck-soo menyebut bencana ini sebagai kerusakan “belum pernah terjadi” dan menyerukan upaya maksimal untuk pemadaman.
Api diperkirakan berasal dari percikan mesin pemotong rumput pada 21 Maret di Sancheong, lalu menyebar cepat. Lebih dari 10.000 petugas dikerahkan, dengan tingkat pengendalian api mencapai 68% di beberapa wilayah. Hahoe Folk Village, situs warisan UNESCO, juga terancam dan sedang dilindungi dengan penghalang air.
Pemerintah telah menetapkan status darurat dan meningkatkan peringatan kebakaran ke level tertinggi. Meski hujan diperkirakan turun, jumlahnya terlalu sedikit untuk membantu pemadaman. Kebakaran hutan di Korea Selatan sering terjadi di musim kering, tetapi tahun ini lebih parah, dengan 244 insiden tercatat-lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu.
Leave a Reply