Makin Belajar Makin Bodoh Kok Bisaaa?!

Semakin kita belajar, semakin sadar betapa banyak yang belum kita tahu. Seperti kata Albert Einstein, “The more I learn, the more I realize how much I don’t know. “‘Ini bukan cuma teori, tapi kenyataan yang sering terasa saat makin dalam memahami sesuatu. Dunning-Kruger Effect menjelaskan, justru orang yang minim pengetahuan sering paling percaya diri, merasa paling benar. Sementara yang benar-benar paham malah lebih rendah hati, karena tahu di atas langit masih ada langit.

Ilmu Tanpa Praktik, Kosong Ajaran Buddha mengingatkan percuma membaca banyak kitab kalau tidak dipraktikkan. Kepandaian butuh ditopang kebijaksanaan. Bukan cuma soal menumpuk teori, tapi juga bertanya dalam diri: Sudahkah ilmu ini membuatku lebih lembut, rendah hati, dan bijak? Sebab, pintar saja gak cukup kalau justru membuat kita meremehkan orang lain.

Ilmu tanpa kebijaksanaan hanyalah kumpulan teori kosong. Sudahkah ilmu ini membuatku lebih rendah hati, lebih lembut dalam berkata, lebih bijak dalam bertindak? Karena percuma pintar kalau hanya menjatuhkan, bukan mengangkat. Sering kali yang disebut pandai bukan yang tahu segalanya, tapi yang tahu kapan harus bicara dan kapan sebaiknya diam.

Belajar semudah sentuhan jari. Tinggal buka gadget, segalanya tersedia. Tidak perlu pergi ke perpustakaan jauh-jauh atau mencari guru ke kota lain. Namun, justru di era serba mudah ini, banyak yang terjebak ilusi merasa paling tahu hanya karena membaca sepotong informasi.

Di sinilah pentingnya mengingat nilai Buddha tentang sati-sadar-penuh. Belajar bukan hanya soal menambah isi kepala, tapi juga menambah kesadaran akan diri sendiri. Orang yang sadar penuh tidak mudah terperangkap ego, karena paham bahwa ilmu sejati bukan untuk meninggikan diri, melainkan untuk merendahkan hati.

So… Merasa makin belajar malah makin bodoh? Bagus. Berarti kamu nggak lagi tertipu sama ilusi kepintaran. Teruskan langkahmu. Belajar, praktik, lalu ulang lagi. Sebab hidup bukan perlombaan siapa paling cepat paham, melainkan latihan panjang menyadari bahwa mengerti pun tak pernah benar-benar rampung…