Dalam kosmologi Buddhis, terdapat 26 alam surgawi dari 31 alam keberadaan. In bertujuan untuk menjelaskan bahwa konsep surga berbeda dalam konteks Buddhisme.
Dalam konteks Buddhis, ada tiga alam surga yang sering dianggap setara dengan tujuan akhir beberapa agama teosentris: (1) surga Maha Brahma, (2) surga dewa Brahma-purohita (menteri Brahma), dan (3) surga dewa Braha-parisajja (pengikut Brahma).
Menurut Kevatta Sutta, Maha Brahma merasa bahwa ia adalah pencipta yang mahakuasa dan maha tahu. Karena itu, ia kadang dianggap setara dengan Yang Absolut. Namun, menurut Ayacana Sutta, bukan Maha Brahma melainkan Brahma Sahampati yang pertama mengundang Buddha untuk mengajar setelah pencerahan.
Maha Brahma mengakui kebijaksanaan Buddha, menunjukkan bahwa penghuni surganya mungkin termotivasi untuk belajar Dharma. Namun, lebih bijaksana mencari kelahiran di Tanah Suci untuk belajar langsung dari Buddha yang tercerahkan sempurna. Tanah Suci yang paling dikenal adalah Sukhavati (Tanah Kebahagiaan Tertinggi) dari Buddha Amitabha.
PERBEDAAN UTAMA antara surga (Maha) Brahma dan Tanah Suci adalah: (1) Surga Brahma mash dalam siklus samsara, sementara Tanah Suci melampaui siklus tersebut dan mendorong kesucian untuk melampaui baik dan jahat. (2) Penduduk surga Brahma memiliki umur panjang tetapi tetap tunduk pada kelahiran kembali karma habis. Tanah Suci benar-benar abadi dan penghuninya tidak lagi tunduk pada kelahiran kembali. (3) Kehidupan di surga Brahma umumnya tidak memiliki tujuan kecuali mereka belajar dan mempraktikkan Dharma. Sedangkan tujuan di Tanah Suci jelas – untuk menjadi Bodhisattva sempurna dan mencapai pencerahan guna kembali ke samsara membantu makhluk lain.
Leave a Reply