Waktu adalah fenomena yang relatif. Satu jam di alam dewa tertinggi setara dengan 500 tahun di dunia manusia. Bagi seorang remaja yang dengan penuh harap menunggu kekasihnya, 15 menit bisa terasa sangat lama. Namun, dalam kebahagiaan pelukan penuh kasih sayang, waktu terasa begitu cepat.
Pada akhirnya, waktu dibentuk oleh kualitas pikiran seseorang dan kedalaman rasa syukurnya. Bagi pikiran yang gelisah, tanpa rasa syukur, waktu menjadi musuh terutama di jam-jam malam yang panjang dan tanpa tidur. Bermusuhan dengan waktu, bersahabat dengan waktu, bercinta dengan waktu. Itu adalah tangga sehat agar waktu menjadi kekuatan yang menyembuhkan dan mendamaikan.
Bagi pikiran yang terlatih, yang telah mekar dalam kesadaran, waktu mengalir sealami air sungai. Tidak ada perlawanan hanya penyerahan diri yang mendalam pada keindahan saat ini. Begitu kita bercinta dengan waktu, tiap hari menjadi tahun baru yang penuh dengan rasa syukur. Hidup kemudian berubah wajah menjadi sebuah perayaan.
Begitu pikiran yang diterangi kesadaran penuh berpelukan dengan hati yang penuh rasa syukur, tiap hari menjadi tahun baru yang penuh perayaan. Tubuh dan pikiran pun melepaskan banyak obat alami di dalamnya.
Salah satu perwujudan hidup dari kebijaksanaan ini adalah Y.M. Dalai Lama. Ketika ditanya oleh seorang jurnalis untuk mendefinisikan kebahagiaan, ia menjawab dengan senyuman lembut: “Makan enak, tidur nyenyak.” Sebuah kebenaran yang sederhana namun mendalam.
Sadar penuh dan rasa syukur membawa keselarasan, membuka jalan bagi kesembuhan dan kedamaian. Saat pikiran yang terang bersatu dengan hati yang bersyukur, hidup menjadi perayaan setiap hari. berdamailah dengan kehidupan, tersenyumlah pada ketidakpastian, dan biarkan waktu mengalir sebagai anugerah. Selamat Tahun Baru Imlek untuk sahabat-sahabat terkasih.
Leave a Reply