Nezha memiliki ikonografi yang mudah dikenali dan sarat simbolisme. Dalam seni rupa dan arca di kuil-kuil, ia umumnya digambarkan sebagai pemuda atau anak remaja berpakaian jenderal perang, berparas tampan namun ekspresinya garang.
Ciri khas Nezha antara lain: tombak ujung-api di tangannya, roda angin-api (fenghuolun) di kedua telapak kakinya sebagai tunggangan yang membantunya terbang, serta gelang kosmik (Qiankun Quan) dan selendang merah (Huntian Ling) yang melilit di badannya sebagai senjata magis. Kadang-kadang, terutama dalam lukisan atau patung yang lebih besar, Nezha digambarkan berwujud tiga kepala dan enam lengan untuk menekankan kesaktiannya mengalahkan banyak musuh sekaligus.
Pemujaan dan Ritual Di Tiongkok, Nezha dihormati baik di kuil-kuil rakyat maupun dalam lingkungan kuil Buddha Mahayana. Umat Buddha Tiongkok sering kali bersikap inklusif terhadap dewa-dewa pelindung rakyat seperti Nezha. Meskipun Nezha bukan tokoh utama dalam kitab suci Buddhisme, banyak vihara dan klenteng mengakui kehadirannya sebagai Dharmapala (pelindung Dharma). Patung Nezha kerap ditempatkan sebagai penjaga pintu atau altar samping, berdampingan dengan para pelindung lain seperti Wei Tuo (Skanda) dan Empat Raja Langit.
Dalam beberapa tradisi, Nezha bahkan didentifikasikan dengan Skanda/Wei Tuo – bodhisattva pelindung biara – karena kesamaan peran mereka sebagai panglima muda pembela ajaran Buddha. Umat yang berdoa di kuil Buddha terkadang memohon perlindungan Nezha agar dijauhkan dari marabahaya dan gangguan roh jahat, seraya memohon bimbingannya untuk tetap di jalan kebajikan.
Ritual perayaan untuk Nezha juga dilakukan di komunitas Tionghoa, sering kali bertepatan dengan tanggal ulang tahunnya menurut penanggalan lunar. Beberapa tradisi menyebut hari lahir Nezha jatuh pada hari ke-8 bulan ke-4 Imlek, dan di berbagai daerah (seperti Guangdong dan Taiwan) perayaan Pangeran Nezha diadakan dengan arak-arakan, pertunjukan opera, tari barongsai, hingga atraksi dansa Pangeran Ketiga (san taizi) yang terkenal.
Meskipun perayaan semacam ini lebih bernuansa folklorik/Tao, umat Buddha Tiongkok kerap ikut berpartisipasi, memandangnya sebagai penghormatan kepada makhluk pelindung yang juga bagian dari alam spiritual dalam kosmologi Buddhis. Di beberapa vihara, upacara puja sederhana mungkin dilakukan dengan mempersembahkan dupa dan mantra untuk Nezha, memohon perlindungan Dharma dan keselamatan. Hal ini menunjukkan fleksibilitas agama Buddha Tiongkok yang merangkul figur-figur lokal demi menjangkau umat luas.
Leave a Reply