Nirwana Itu Bukan Surga Say Beda • Nih Penjelasannya

February 26, 2025

Nirwana Itu Bukan Surga Say Beda • Nih Penjelasannya

Sebelum Buddha mencapai Pencerahan, banyak orang mengira Nirwana adalah kebahagiaan inderawi. Mereka merasa kedamaian muncul saat mendapatkan kenikmatan yang dinginkan -seperti mandi di hari panas yang menyegarkan atau tinggal di tempat sunyi yang menenangkan. Akibatnya, Nirwana sering dikaitkan dengan kesenangan duniawi.

 

Para bijak mulai menyadari bahwa kenikmatan inderawi hanyalah ilusi (maya). Kedamaian sejati tidak datang dari hal-hal eksternal, melainkan dari keheningan batin melalui meditasi (Jhana). Jhana dianggap sebagai kondisi ketenangan yang mendalam dan semakin menarik perhatian mereka yang mencari pemahaman lebih dalam tentang Nirwana.

 

Beberapa guru mengajarkan bahwa Nirwana adalah kondisi meditasi paling halus. Guru terakhir Buddha, Udakatapasa Ramaputra, bahkan meyakini bahwa mencapai “jhana persepsi maupun bukan persepsi” berarti terbebas sepenuhnya dari penderitaan. Tapi Buddha tak puas dengan ajaran ini.

 

Buddha mencari jawabannya sendiri dan akhirnya menyadari bahwa Nirwana sejati bukan sekadar keadaan meditasi yang mendalam, melainkan pelenyapan total segala kemelekatan dan keterikatan.

 

Seperti yang Beliau ajarkan, “Kebahagiaan sejati ada dalam pencabutan gagasan ‘aku’.” Jika kotoran batin benar-benar lenyap, itulah Nirwana sejati. Namun, jika hanya menghilang sementara, itu hanyalah Nirwana sesaat. Dari sini, muncul konsep tadanga-nibbana dan vikkhambhana-nibbana, yang menggambarkan kondisi batin bebas dari kekotoran, baik sementara maupun sepenuhnya.

 

Awalnya, Nirwana dianggap sebagai kondisi kebahagiaan inderawi yang dicapai melalui kenikmatan duniawi. Namun, ajaran Buddha mengungkapkan bahwa kebahagiaan sejati tidak bersumber dari hal-hal eksternal, melainkan dari penghapusan total kemelekatan dan ilusi tentang “aku”.

 

Dengan mengatasi kotoran batin melalui meditasi dan pencerahan, seseorang dapat mencapai Nirwana sejati, yaitu kebebasan dari penderitaan dan keterikatan, bukan sekadar kenikmatan sementara. 

 

Sumber: Another Kind of Birth | Ajahn Buddhadasa

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE