Dalam dinamika keluarga, beberapa orangtua mungkin menggunakan strategi mengadu domba anak-anak sebagai cara untuk mempertahankan kontrol dan kekuasaan. Dengan menciptakan persaingan antar anak, orangtua bisa merasa lebih dominan dan mengendalikan situasi keluarga.
Orangtua yang suka mengadu domba seringkali mengkategorikan anak-anak ke dalam peran tertentu (misalnya, “anak yang baik” dan “anak yang nakal”), yang memperkuat konflik dan persaingan antar saudara. Dalam istilah psikologi, mencipta “sibling rivalry”, persaingan antaranak.
Misalnya, seorang ibu yang merasa tidak dihargai dalam pekerjaannya mungkin mencoba untuk mendapatkan rasa kontrol dengan menciptakan persaingan antara anak-anaknya. Dia mungkin membandingkan prestasi akademik mereka atau membandingkan kepatuhan mereka terhadap aturan rumah. Dengan begitu, dia bisa mengarahkan perhatian anak-anak pada upaya untuk mendapatkan persetujuannya, alih-alih menantang otoritasnya.
Contohnya, jika seorang ayah selalu memuji satu anak karena prestasi akademiknya dan mengkritik anak lainnya karena lebih suka aktivitas seni Anak yang dipuji mungkin merasa tertekan untuk selalu unggul dalam akademik, sementara anak yang dikritik mungkin merasa tidak cukup baik atau tidak dihargai atas bakat dan minat mereka.
MENERAPKAN AJARAN BUDDHA
orangtua dapat menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan mendukung, di mana setiap anak merasa dihargai dan dicintai. Ini tidak hanya membantu mengurangi konflik dan persaingan antar saudara, tetapi juga membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang seimbang dan bijaksand.
1. Metta (Cinta Kasih)
Ajaran Buddha menekankan pentingnya mengembangkan cinta kasih tapa syarat (metta) terhadap semua makhluk, termasuk anggota keluarga. Orangtua diharapkan menanamkan cinta kasih yang sama kepada semua anak mereka, tanpa membeda-bedakan atau mengadu domba.
2.Metta Karuna (Belas Kasihan)
Belas kasihan (karuna) berarti memahami penderitaan orang lain dan berusaha untuk meringankannya. Orangtua harus berempati terhadap perasaan anak-anak mereka dan menghindari tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan, seperti mengadu domba.
3.Samma Vaca (Ucapan Benar)
Mengadu domba anak-anak sering kali melibatkan ucapan yang tidak benar atau manipulatif. Orangtua diharapkan menghindari ucapan yang dapat memicu konflik dan perselisihan, serta berusaha untuk selalu berbicara dengan kejujuran dan niat baik.
4.Sila (Moralitas)
Sila, atau moralitas, adalah dasar dari ajaran Buddha dan mencakup tindakan yang etis dan benar. Orangtua diharapkan mempraktikkan sila dengan bersikap adil dan jujur kepada semua anak, tanpa menunjukkan favoritisme atau memanipulasi hubungan antar anak.
Ketika terjadi konflik, orangtua diharapkan menangani situasi dengan bijaksana, tapa memihak atau memperparah masalah. Mereka harus berusaha untuk mencari solusi yang adil dan damai.
Leave a Reply