Buddha menjelaskan bahwa pemimpin adalah yang urus yang menjadikan dirinya sendiri lurus berdasarkan aturan, dia juga harus melakukan pengawasan yang benar dan perlindungan untuk semua penduduknya (D.IlI.61).
Perlindungan harus diberikan kepada seluruh masyarakat tapa tebang pilih, baik para pejabatnya, para pemimpin agama yang mengajarkan kemoralan dan kebenaran, para penduduk kota dan desa baik kava maupu miskin. Semuanya berhak mendapat keadilan yang sama.
Dia adalah raja atau pemimpin sebuah negara yang menjadikan kebenaran sebagai lambangnya, sebagai benderanya, dan otoritasnya. Kepemimpinan bukan sekedar membuat orang lain terpengaruh dan tunduk, apalagi bergantung pada diri pemimpin. Kepemimpinan yang ditunjukkan Buddha adalah bagaimana membuat orang yang dipimpin meningkatkan kualitas dirinya. Berlindung kepada Buddha pun tak lain dari menjadikan Buddha sebagai pembawa inspirasi, penuntun hidup, bahkan tujuan hidup.
Kehadiran Buddha pada massanya pun sangat berperan besar bagi kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat yang bersangkutan. Demikian halnya sat ini peran pemimpin dalam organisasi keagamaan Buddha harus berfungsi dalam peningkatan kualitas dan kemajuan spiritual umat yang dinaunginya.
SEPULUH KUALITAS
seorang raja yang kemudian disebut sebagai rajadhamma;
1. Dana (kedermawanan)
2. Sila (moralitas)
3. Pariccaga (kemurahan hati)
4. Ajjava (kejujuran)
5. Maddava (kelembutan)
6. Tapo (pengendalian diri)
7. Akkodha (cinta kasih)
8. Avihimsà (belas kasin)
9. Khanti (kesabaran)
10. Avirodhana (kesantunan).
Kesimpulan kepemimpinan secara umum memiliki keterkaitan dan memiliki prinsip dasar yang sama dengan kepemimpinan buddhis. Keduanya sama-sama memiliki tugs untuk mengatur dan mengarahkan jajaran di bawahnya untuk mencapai suatu keadaan tertentu. Namun demikian ada sedikit perbedaan antara kepemimpinan secara umum dan kepemimpinan buddhis.
Secara umum, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi seseorang atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan, dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu komunitas atau organisasi dan kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan dan mengarahkan orang-orang ke tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin.
Dalam kepemimpinan Buddhis membuat seseorang atau jajaran di bawahnya meningkatkan kualitas dirinya, hingga mampu untuk tidak menyandarkan nasib pada orang lain dan bukanlah membuat orang lain terpengaruh, tunduk dan tergantung pada diri sang pemimpin.
Leave a Reply