Isu pertambangan nikel di Raja Ampat terus memicu kekhawatiran serius dan perdebatan sengit. Meskipun dilindungi oleh undang-undang yang melarang tambang di pulau-pulau kecil, beberapa perusahaan seperti PT Gag Nikel dan lainnya masih beroperasi, bahkan dengan indikasi pelanggaran izin dan kerusakan lingkungan yang parah.
Bahlil Lahadalia dalam isu pertambangan di Raja Ampat terlihat dari perannya sebagai Menteri ESDM yang berwenang. la merespons langsung kontroversi tambang nikel, terutama PT Gag Nikel, dengan mengumumkan penghentian sementara operasi perusahaan tersebut pada 5 Juni 2025. Langkah ini diambil menyusul desakan publik dan dugaan kerusakan lingkungan yang melas di wilayah konservasi tersebut.
Setelah penghentian sementara, Bahlil meninjau langsung lokasi tambang di Pulau Gag pada 7 Juni 2025. la juga menugaskan inspektur tambang untuk mengevaluasi secara menyeluruh lima izin tambang di Raja Ampat, meskipun hanya PT Gag Nikel yang saat ini aktif. Dalam pernyataannya, ia menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap seluruh aktivitas pertambangan, termasuk kepatuhan terhadap peraturan lingkungan dan zona konservasi.
Dalam Winaya Buddha menetapkan bahwa seorang biksu yang menyebabkan kerusakan pada tanaman dinyatakan bersalah. Ajaran Buddha mengenai sikap menghormati dan tanpa kekerasan, tidak hanya berlaku terhadap semua makhluk hidup, tetapi juga terhadap tumbuh-tumbuhan. Buddha Gotama dan siswa-Nya tidak merusak biji-bijian yang masih dapat tumbuh dan tidak akan merusak tumbuh-tumbuhan. (D. I, 5).
Peradaban menghendaki hidup ini memanfaatkan sumber alam yang tersedia. Namun karena hidup manusia bukanlah benalu, maka ia seharusnya berusaha memulihkan sumber alam yang telah dipakainya. Orang yang pandai dan bijaksana akan berusaha meningkatkan kesejahteraan atau mencapai sukses yang sebesar-besarnya hanya dengan menggunakan sumber daya yang minimal, seperti ia meniupkan napasnya membuat api kecil menjadi besar (Ja. I, 123).
Sumber daya alam yang penting adalah hutan. Hutan dengan segala isinya merupakan sumber kehidupan. Hutan diperlukan karena menghasilkan bahan baku bagi industri, tetapi juga merupakan paru-paru dunia. Lebih dari itu, hutan mendapat tempat yang khusus dalam agama Buddha. Hutan adalah tempat yang menyenangkan, baik untuk melakukan latihan meditasi. Di sana para petapa yang telah bebas dari nafsu dan menyukai kesunyian akan menyepi dan merasa gembira (Dhp 99). Kita sangat berkepentingan untuk selalu menjaga kelestarian hutan.
Sumber: WACANA BUDDHA-DHARMA oleh Krishnanda Wijaya-Mukti | Penerbit Karaniva
Leave a Reply