Tiga Panduan Dari Buddha Untuk Memaafkan Tanpa Menyisakan Luka Di Hati

August 12, 2024

Tiga Panduan Dari Buddha Untuk Memaafkan Tanpa Menyisakan Luka Di Hati

Tanggapan seorang bhikkhu Theravada terhadap artikel Ken McLeod di edisi Musim Dingin 2017 yang mempertanyakan peran pemaafan dalam pemikiran Buddhis Mahayana.

 

Memafkan seseorang yang telah berbuat salah tidak menghapus karma buruk mereka, tetapi bisa mencegah karma buruk baru. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa pemaafan tidak memiliki tempat dalam ajaran Buddha, namun pemaafan penting untuk menghentikan “vera” atau permusuhan yang timbul dari keinginan membalas dendam.

 

DHAMMAPADA.
koleksi pustaka Buddha awal, menyebutkan vera dalam dua konteks: saat seseorang melukai kita dan kita ingin membalas, atau saat kita kalah dalam suatu persaingan dan ingin membalas dendam. Dalam kedua kasus, pemaafan mengakhiri vera dengan tidak memperpanjang siklus karma buruk.

 

1. MENGHARGAI SETIAP DETIK HIDUP.
Kita semua bergerak menuju akhir hidup, dan membawa beban dendam hanya akan menggelapkan perjalanan kita. Lepaskan amarah agar kita dapat menghadapi akhir dengan hati yang damai.
2. MENUMBUHKAN KASIH TAK TERBATAS:
Latihlah pikiran untuk dipenuhi dengan cinta dan kebaikan tanpa batas. Dari ketinggian kasih ini, keinginan untuk membalas dendam terlihat kecil dan tidak berarti.
3. MENJAGA KEKUATAN HATI DENGAN LIMA SILA:
Dengan memegang teguh lima sila-tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berbohong, dan tidak mabuk-kita menciptakan perlindungan bagi semua makhluk, termasuk diri kita sendiri. Ini adalah langkah menuju pembebasan dari siklus dendam yang tak berujung.

 

Pemaafan bukan hanya kompatibel dengan ajaran Buddha, tetapi juga merupakan langkah awal yang penting dalam praktik Buddhis.

 

Sumber: Thanissaro Bhikkhu | tricycle.org

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TRANSLATE