Ngalah melulu Ada yang tetap teguh, ada yang merasa lebih cocok di tempat lain. Nah, berikut ini beberapa faktor utama kenapa ada yang memilih meninggalkan agama Buddha. Faktor Cinta Ya udah lah ya, ini faktor paling klasik. Ketemu pasangan beda agama, terus disuruh ikut agamanya. “Lagian semua agama kan ajarin kebaikan,” katanya. Agama Buddha juga dikenal universal, jadi ya santai aja kalau harus pindah. Toh, niatnya demi hubungan yang langgeng.
Kalau udah serius, biasanya tekanan dari keluarga pasangan mulai muncul. Bisa dari orang tua, bisa dari lingkungan sosial. Kadang bukan sekadar disuruh pindah, tapi juga dihadapkan pada pilihan sulit: cinta atau keyakinan? Apalagi kalau pasangannya aktif beribadah, sering ngajak ke tempat ibadahnya, dan makin lama jadi terbiasa. Kesamaan agama upacara pernikahan yang mensyaratkan kesamaan agama, ya udah, pindah jadi jalan yang paling gampang. Pemeluk Buddha yang K.O.
KTP doang, Gak Ada Basic. Banyak yang akhirnya pindah karena lebih banyak diajak ngobrol soal agama lain ketimbang agamanya sendiri. Ditambah lagi kalau wihara tempat dia biasa datang cuma sebatas tempat ritual tanpa ada sesi diskusi yang bisa memperkuat keyakinan. Stop normalisasi ngalah. Kalau terus-menerus menganggap pindah agama sebagai sesuatu yang wajar tanpa ada usaha memperkuat keyakinan, ya bakal terus kejadian.
Caranya? Dengan benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran Buddha. Jangan cuma jadi Buddhis KTP, tapi pahami inti ajarannya, ikuti komunitas yang aktif, dan cari bimbingan spiritual yang tepat. Perkuat pemahaman, jalani ajaran, dan temukan komunitas yang bisa mendukung perjalanan spiritualmu.
Leave a Reply